Loading...

Terpapar! Kabar - Februari 2022

Reviu rilisan-rilisan gres sebulan terakhir
Mambaulum (Terpapar! Musik)
 
Cema - Being Okay
 
 
 
Saya selalu punya ruang sendiri untuk para musisi kamar. Mereka yang merangkai kisah dari balik ruang paling personal; para penyemai benih-benih keresahan, begawan rima-irama yang terlalu enggan menyapa dunia.
 
Dan Cema, tidak bisa tidak, adalah satu di antaranya.
 
Konon ia telah berkenalan dengan musik sejak usia delapan. Beberapa tahun setelahnya, ia lihai memainkan semua instrumen standar band– gitar, bass, keyboard, dan drum. Itu semua ia peroleh secara swadidik. Ia lalu membentuk identitas bermusiknya dengan mendengarkan berbagai macam musik: Dari The Beatles hingga Alesana, dari Dewa 19 hingga Efek Rumah Kaca. Ini disusul dengan berbagai pengalaman menjadi player di beberapa band, sembari diam-diam menulis lagunya sendiri.
 
Kesibukan adalah alasan klise untuk mengabaikan apa yang kita tanam. Begitupun Cema. Rutinitas membuatnya jeda menggarap gubahannya. Butuh beberapa saat untuknya kembali menengok dan menuntaskan apa yang ia mulai. Hasilnya? Sebuah album berjudul Being Okay.
 
Seperti judulnya, album Being Okay adalah mantra ajaib dari Cema. Coping mechanism dalam menghadapi dirinya sendiri yang dikutuk menjadi manusia; dilahirkan ke dunia dan menjalani hidup yang aduhai brengseknya.
 
Secara musik, garis merah musik Cema berkutat pada vibes-vibes solois pop RnB cem John Mayer dan sejawatnya. Langgam-langgam guitar-oriented ringan dengan tarikan vokal sedikit whispering-namun-juga-sengau. Para Pamungkas-mania pasti akan serampangan men-judge Cema sebagai copycat berhalanya. (Di sisi lain, bukankah ini tantangan pertama dirinya?)
 
Lirik-liriknya juga mudah dicerna. Tak terlalu puitis, namun juga tak picisan. Permainan rimanya mengingatkan saya pada gubahan-gubahan Lennon-McCartney. Semisal lirik, “I need to hear your reason, so stop to give me a reason” pada “Tell Me That It’s True”. Pun nomor kedua, “62” saya curigai adalah homage Cema pada trek “When I’m Sixty-Four”-nya the fab four. Tentu saja ada berbagai grammar mistakes di sana-sini– khas non-native yang mengarang lirik bahasa Inggris. Namun sejauh ini masih “aman” dan sesekali bisa dimaafkan.
 
Pendapat saya hanya poin-poin di atas saja. Toh saya lebih ingin mengapresiasi Cema yang berani merilis sebuah album penuh. Terutama di tengah perintah algoritma yang mendewakan rilisan tunggal aka single. Semoga rutinitas tak lagi jadi alasan untuk berhenti; malahan jadi alasan terus menggali diri sendiri berikut musik yang ia mainkan.
 
Dan untukmu semua: Selamat menikmati suara-suara dari kamar Cema!
 
(NB: Penggemar John Mayer yang baik, menurut saya, seyogyanya meneliti Jeff Buckley– terutama album ‘Grace’. Mahakarya satu kali seumur hidup itu paripurna dari semua sisi. Mungkin bisa jadi referensi untuk album selanjutnya. Who knows?)
-KMPL-
 
 
Car Crash Coma - I'LL PACK MY THINGS UP" 2022 (CCC MAXI SINGLE)
 
 
 
Genjrengan awal gitar memang kadang dapat langsung meramalkan bahwa lagu yang kita dengarkan ini akan enak atu tidak, seperti hal-nya ketika mendengarkan track pertama dari “I’ll Pack My Things Up Maxi Single, Smoke Break Rendezvous” ini. Terbukti di hari pertama nyetel 2 lagu dari “I’ll Pack My Things Up” yang dibuka oleh “Smoke Break Rendezvous” ini saya putar berkali-kali, bahkan sampai rela nekat muterin Kota Malang dengan motoran dan menyetel lagu ini dengan mode repeat. Meskipun sering mandeg (berhenti, read) beberapa kali untuk menyetel ulang 2 lagu ini. Track pembuka yang sangat menyenangkan, namun setelah membaca liriknya, sedih juga ya.
 
Kesan pertama setelah mendengar track pertama ini, saya langsung teringat masa SD saya ketika menonton MTV Ampuh, dimana deretan top chart saat itu di-isi oleh Band-band alternative macam Third Eye Blind, Counting Crows, Spin Doctors, etc. Saya rasa apabila Car Crash Coma terbentuk pada era tersebut dan mengeluarkan 2 lagu ini, mereka akan bersanding di Top Chart tersebut. Mungkin ini adalah cocoklogi saya, track pertama rilisan ini terasa seperti Third Eye Blind fusion dengan Counting Crows, di mana 2 band ini mempunyai lagu andalan dengan nuansa musik yang menyenangkan namun lirik-nya gelap dan sedih, macam Semi Charmed Life dan Big Yellow Taxi.
Saya sangat yakin bahwasanya Smoke Break Rendezvous ini ketika dibawakan secara live, semua penonton akan sing along! And I wish I was in that crowd..
 
Untuk track kedua yaitu “Parting Gift”, dari genjrengan awal saya sudah merasakan kesedihan yang mendalam dari lagu ini. Sepertinya memang dibuat se-sedih itu musik dan liriknya. Meskipun membuat drop tempo ketika habis mendengarkan track pertama. Namun track kedua ini tak kalah sing along-nya. Namun diperkirakan kalian akan sing along sembari sesekali mengusap butiran air mata yang turun begitu saja tanpa kita amini. Oh.. I’m sorry it’s not easy for me.. 
 
Kedua track ini, dengan sangat amat saya rekomendasikan untuk didengarkan! Kalian bisa langsung meluncur ke carcrashcoma.bandcamp.com untuk mendengarkan kedua track tersebut, dan kabar bahagia-nya, apabila kalian suka dan ingin support lebih, kedua track tersebut bisa kalian beli digital-nya melalui the-storefront.club.
-       Zico Bonetti
 
 
Prejudize - Coward & Vague Maxi Single
 
 
 
 
Sebuah pujian untuk Greedy Dust karena di 2 bulan awal tahun 2022 ini sudah menyajikan berbagai rilisan band-band hardcore yang edan-edan! Setelah bulan kemarin dibuat membabi-buta dengan rilisan Wanderlust, kali ini datang dari sebelah Barat Pulau Jawa, unit Metallic Hardcore, Prejudize merilis Maxi Single dengan 2 track yang berjudul “Coward” yang menggandeng Satan’s Heir a.k.a Ekrig dari Avath dan Vague.
 
Untuk track pertama yaitu “Coward”, sungguh buas dan gelap, menyajikan riff-riff khas metallic hardcore namun ketika masuk ke-bagian Satan’s Heir, tiba-tiba nuansa berubah menjadi Black Metal. Sungguh sangat dibuat naik-turun dengan perubahan tempo tersebut, namun tetap berkesan buas!
 
Namun untuk track kedua, tempo vokal sedikit diturunkan dan terkesan agak santai namun tetap tegas! Menyajikan nuansa riff-riff metallic hardcore yang tidak biasa dengan beberapa isian clean vocal. Saya rasa track kedua ini terasa sangat gelap dan tetap berkesan tegas. Untuk mendengarkan Maxi Single ini, kalian bisa langsung meluncur ke DSP macam spotify, tapi highly recomended untuk support lebih dengan membeli digital music-nya melalui the-storefront.club, karena sudah tersedia di sana!
-       Zico Bonetti
 
 
Orkes Malam Jumat - Mampus Kau Dikoyak-Koyak Dangdut (EP)
 
 
 
 
Alkisah, Jeremy Wallach dalam bukunya, Modern Noise & Fluid Genres menulis sebuah fenomena bernama ‘Dangdut Underground’. Ia secara spesifik menaruh perhatian pada kemunculan grup-grup fusion yang memainkan musik dangdut dengan attitude underground, menciptakan sebuah amalgamasi yang unik dan serba “nanggung”. Mereka bukan band dangdut tulen, instrumentasi kebanyakan dari mereka adalah standar pop dan rock– ‘dangdut’ mereka mungkin hanya diwakili oleh keberadaan ketipung atau kendang.
 
Dan– ini yang mungkin paling penting– mereka hampir selalu muncul dari kalangan mahasiswa. Lirik-lirik mereka yang cenderung ringan, berkisar tentang kehidupan sekitar: Perkara kehidupan kampus serta berbagai kisah-kisah klise nan picisan yang relate dan jadi gosip tongkrongan. Soekarmadjoe, Tani Maju, dan Pemuda Harapan Bangsa adalah beberapa contoh dari pembawa jenis musik ini. Jika ingin lebih lawas, ada OM PMR dan PSP yang digandrungi di era Warkop DKI dulu.
 
Nah, Orkes Malam Jumat adalah garda terbaru unit-unit semacam itu.
 
Simak saja EP terbaru mereka, Mati Kau Dikoyak Dangdut, yang isinya problematika seperti di atas. Trek pembukanya, “Ulah Halu” sudah begitu menjelaskan. Ia adalah curhatan kuping-kuping edgy yang konon “salah zaman”. Perkara menggilai David Bowie kala Hindia dan anxiety jadi semangat zaman kiwari.
 
Mz-mz horny berkedok artsy juga tak lepas dari olok-olok mereka. Simak saja “Seni Rumpi”, trek kedua mereka. “Langsunglah sini ke kost-an abang… Aku seniman, bukan abang kelas biasa,” liriknya itu langsung membuat saya tertawa kecil, utamanya karena ada berbagai kejadian serupa di sirkel kuliah saya, dulu.
 
Trek-trek lain juga serupa: Problematika personal dan tongkrongan yang saling berkelindan; dilebur-baurkan oleh cawan-cawan di ujung malam. “Inex” berkisah tentang obsesi menjadi berhala cem Kurt Cobain & Mick Jagger yang ditabrakan realita terlahir sebagai ras Melayunesia. Lalu lagu “Dendie (Dedek Indie)” membawa topik anak-indie-senja-kopi yang tak kunjung usang jadi bahan olokan. Ha!
 
Nomor kelima berjudul “Cinta Beda Kasta” menegaskan kepada kita bahwa memang hidup serba tak adil. Privilege is real and we all have different start to begin with. (Simpati terbesar saya untuk siapapun yang kisah cintanya diabadikan di lagu ini). Album ini kemudian ditutup dengan “Temen Gue”, racauan nonsens tentang kawan-kawan sekitar.
 
“Andai saja aku cucu Hotman Paris, kuyakin semua akan manis…”
 
Saya yakin, jika pandemi ini sudah mereda, mereka akan ramai tanggapan. Dimulai dari kampus, lalu perlahan keluar dan menemukan arenanya sendiri. Toh, apalah escape terbaik dari jam kuliah, SKS, dan tuntutan orang tua selain goyangan dan satu-dua sulangan anggur merah?
 
(NB: Semoga mereka terus eksis. Tahu sendiri kalo “kutukan” unit-unit asal kampus adalah berumur sama dengan masa studinya, ya tho?)
-KMPL-
 
Coming Right Up - Promo 2022
 
 
 
Jawa Timur memang tidak ada habis-habis-nya di tahun 2022 ini yang membuat telinga saya kembali eargasm. Datang dari Kota yang sama dari Wanderlust (review bulan Januari 2022) yaitu Tulungagung, Jawa Timur, Coming Right Up hadir dengan 3 single terbarunya yang mengingatkan saya kembali di-masa-masa 2010 ketika band-band hardcore Indonesia mulai banyak yang transisi dari Oldskool Hardcore menuju New School Hardcore. Kebanyakan ter-influence oleh band-band macam Comeback Kid, Have Heart, Verse, Miles Away, etc.
 
Track pembuka yaitu Blunt, saya merasakan dominan riff-riff dan vocal macam Have Heart disini, dengan riff-riff yang tegas dengan tempo yang sedikit memberi jarak untuk sekedar moshing di lantai dansa, namun tetap dengan lirik-liriknya yang sing along sekali. Akan sangat seru ketika mendengarkan lagu ini sembari stage dive sih.
 
Untuk track kedua, yaitu Reseam ketika melodi pada saat intro mulai, saya sedikit teringat pada More Than Life di album Love Let Me Go dengan ketukan drum yang sekilas sama, dan dengan vocal yang lepas dan banyak part untuk sing along-nya. Dan sampailah kita dipenghujung track terakhir yaitu Head Out, dengan banyak ketukan khas hardcore/punk-nya namun tidak menghilangkan nuansa New School-nya.
 
Ketiga track tersebut wajib kalian nikmati dan dapat diputar di Spotify mereka atau melalui bandcamp record label yang menaungi mereka yaitu outtasightrecords.bandcamp.com.
-       Zico Bonetti
 
 
Yakka - Surreal
 
 
Simple but meaningful banget nih. Dengan ke jazzy j-jazzy-annya jadi yang ngedengerin gak semakin hanyut dengan lagunya. Malah bikin kita balik semangat dan ceria lagi dan ngelihat semuanya dari sisi yang nyata. Jadi kayak nyadarin ke kita untuk berhenti berharap dengan angan angannya. Mungkin cocok buat kamu yang lagi ngalamin fase fase putus asa.
 
Petikan "It's like you have all the things you need in life then it's gone". Seolah ngasih pesan buat yang ngedengerin terutama aku untuk berusaha lebih sabar dan ikhlas sih. 
 
"Everything that happens in my life is so unreal." Karena apapun yang dateng itu belum tentu nyata. Jadi seolah kayak becanda gitu kali yaa wkwkwk. Yaaahh kita manusia cuman bisa ngeplan aja untuk hasil biar semesta aja yang bekerja. Tapi nggak boleh putus asa yaa. Semangat buat semuanyaaa.
  • Abigail
 
 
Kalabiru - Robotanica
 
 
 
 
Retro-futuristik ala Kraftwerk & Brian Eno yang aduhai segarnya. Dibungkus dengan narasi utopis sekaligus sarkastik: bahwa di masa depan, robot ternyata lebih ‘manusia’ timbang Manusia itu sendiri. Well, Kalabiru memang 70’s revivalist favorit saya. Dari dulu.
 
Congrats for the album!
-KMPL-
 
 
Simatakaca - Tanda Tanya
 
 
 
 
Disambut dengan Instrumen dari suara ombak dan lalu diikuti dengan petikan gitar ini buat aku yang lihat video klipnya jadi ikut tanda tanya. Apalagi pada saat para pemainnya pake atribut yang sedikit absurd itu yang bikin aku sedikit ngakak
 
Lagu Kasmaran yang penuh drama dan tambahan komedi ini terdengar seperti lagu pop 90an yang dikemas lebih ke2020an. Tapi yang menarik perhatianku adalah saat melihat video klip nya yang random abis dan sangat kasar ini yang bikin aku ketagihan ngedengerin dan muterin video klip nya yang seru ini. 
 
Sebenernya lagunya simple sih. Nggak banyak nada-nada yang sulit dan liriknya juga sangat simple dan tidak banyak kata kata kiasan. Cukup menarik dan unik.
- Abigail

 

Rasvan Kikoo x Peter End - I’m Home
 
 
 
 
Sumpa Lagu ini aku banget siihh. Kayaknya cocok banget buat kalian yang lagi punya kesibukan di rumah. Merasakan rumah itu sendiri, berusaha membuat rumah senyaman mungkin walau kadang dengan aktivitas yang ngebosenin. Petikan melodinya yang kalem bikin kita bisa comfort sama lagunya, banget!
- Abigail
 
Kognes Park - Modern Lovers
 
 
 
 
Trio Noise Pop asal Kota Medan ini baru saja merilis sebuah single pembuka untuk EP mereka, yaitu Modern Lovers. Sebelum masuk impresi dari lagu ini, ada sedikit pembaharuan yang awalnya Duo sekarang menjadi Trio, karena pada perilisan lagu ini bergabunglah personil baru mereka yaitu Artha Dolly yang mengisi Gitar.
 
Modern Lovers ini menurut saya menyajikan musik yang tidak terlalu noise, terasa seperti band shoegaze macam My Bloody Valentine saja, mungkin karena lagunya yang cinta-cintaan ini merubah sedikit dari warna musik mereka. Membandingkan dengan track dari single yang sudah rilis sebelumnya, lagu ini memang terasa agak terang dengan nuansa mengawang-ngawang. Saya mengharapkan sebuah track yang genjreng-genjreng noise-nya lebih dominan, namun maklum, ini hanya track pembuka dari EP mereka. Saya harap track-track berikutnya akan lebih noise.
 
Langsung saja meluncur ke kognespark.bandcamp.com untuk menikmati karya mereka!
- Zico Bonetti
 
 
Delorians - I Love You So
 
 
 
 
Musik yang ceria menandakan bahwa ia memang sedang jatuh cinta. Nada yang ringan tapi tetap easy listening. Membuat gairah tersendiri bagi yang ngedengerin jadi serasa tetap semangat untuk mencintai sasaran yang dimaksud.
- Abigail
 
Jubilee Marisa - Twenty Sixteen
 
 
 
 
Kalian pernah ngga ngerasain jatuh cinta tapi nggak ngerti mau ngapain?? Biasanya cewek sih. Karena susah banget ngutarain atau ngungkapinnya. Mungkin itu yang pernah dirasakan sama Jubilee, atau kalian juga pernah. Melodi dan liriknya punya kombinasi dan waktu yang pas. Denger dan rasain deeh.
- Abigail

 

Tentang Penulis
Mz-mz editor yang hobi menyunting naskah nak-anak children lebih cepat dari progres uripnya.
View all posts