Loading...

Terpapar! Kabar - Maret 2022

Reviu rilisan-rilisan gres sebulan terakhir
Mambaulum (Terpapar! Musik)
 
Putra Timur – Romansa Kekasih
 
 
 
Ibarat falling in love for the first time, lagu ini berhasil bikin aku jatuh hati sewaktu pertama mendengar karena disambut dengan intro singkat yang asik. Pun, intro asik tersebut ternyata mengantar pada keseluruhan lagu yang bikin telingaku candu buat terus dengerin lagunya. Musiknya bak punya mantra yang bikin aku bahagia, rima dan iramanya sangat berpadu dengan apik. Sepertinya, Putra Timur berhasil menuliskan lagu ini untuk pendengarnya agar pula merasakan rasanya menjadi seseorang yang sedang kasmaran dengan yang terkasih.
 
Tidak seperti lagu romansa yang lain, lagu ini jauh dari kata “menye-menye“ , liriknya yang puitis sangat pas dipadukan dengan musiknya yang jauh dari stigma musik melankolis. Sama seperti di lagu-lagu lainnya, musisi asal Jakarta Timur yang merilis lagu pertamanya di tahun 2019 ini selalu berhasil menciptakan lirik-lirik yang mesra, meskipun dengan perbedaan alunan dalam irama musik dalam lagu terbarunya. Bisa dibilang, “Romansa Kekasih“ mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dari alunan-alunan lagu gubahan Timur sebelumnya. Album pertama Putra Timur dengan tajuk Mahligai mempunyai musik yang cenderung lebih santai. Sedang single barunya ini mempunyai nuansasedikit jazzy dan khas anak muda banget; penikmat musik Diskoria dan Reza Artamevia pasti bakal suka sama vibes lagu ini!!
- Juni (Guest Reviewer)
 
Sal Priadi - MARKERS & SUCH (EP)
 
 
 
 
Setelah merilis single "Serta Mulia" pada tahun 2021 kemarin, Sal Priadi kembali merilis kumpulan lagu non-album dengan tajuk MARKERS & SUCH yang berisi 3 track.
 
“Kita usahakan rumah itu” menjadi judul pembuka kumpulan lagu ini terasa menyenangkan  karena cukup mewakili pendengar dengan usia yang harusnya menikah (meskipun saya belum tapi turut merasa senang). Lirik yang terdapat di dalamnya mungkin menjadi rumah impian sebagian khalayak, dengan suasana yang dicita-citakan ketika bersama dengan pasangan.
 
Satu hal yang membuat kumpulan lagu ini sangat Sal Priadi adalah lirik-lirik yang jujur tanpa menggunakan metafora sehingga pendengarnya tidak perlu meraba-raba apa maksud dari si empunya lagu. Di mana daridulu banyak musisi yang membuat lagunya terdengar implicit entah lagu itu ditujukan untuk siapa atau menggambarkan siapa, tapi Sal Priadi masih menulis liriknya secara explicit dan tentu saja menjadi mudah diterima oleh pendengarnya.
 
Pada track kedua “Mesra-mesraannya kecil-kecilan dulu”, ketika membaca judul ini saya langsung berpikir, “siapa yang bikin judul kayak gini kalau bukan Sal.”, tentu saja lagu ini secara gamblang menggambarkan kalau ya kita harus sabar dalam kehidupan secara berpasangan. Entah kamu sedang sibuk bekerja atau terpaut jauh yang tidak mungkin sehari pulang -pergi bahkan mungkin kamu sedang terjangkit corona virus yang membuat tidak bisa bertemu. Intinya sabar, mesra-mesraannya kecil-kecilan dulu toh cintanya juga masih sama besarnya kan?
 
“Lewat sudah pukul dua, makin banyak bicara kita” adalah judul favorit saya dalam kumpulan lagu “Markers and Such”. Kalau kalian mendengarkan Sal sejak dulu (ketika Sal masih beredar di Souncloud), saya rasa kalian akan mengerti kenapa ini menjadi judul favorit. Ya, dia masih menjadi Sal Priadi yang kita tahu, lagu ini dinyanyikan seperti menggunakan rekaman raw voice notes dari handphone. Seperti mendengar lagunya yang pernah diunggah ke Soundclud yang saya lupa apa judulnya (karena sudah dihapus) tapi saya sangat ingat lirik awalnya “Ini jam dua pagi…”. Mungkin itu versi ketika masih menjadi pacar dan lagu ini adalah versi ketika sudah menikah.
 
Saya rasa eksistensi Sal Priadi adalah bukti bahwa kita tidak perlu menulis secara berlebihan untuk menciptakan sebuah karya yang bisa dinikmati banyak orang, poin pentingnya adalah menjadi jujur.
-Mekdi- (Guest Reviewer)
 
 
Rahmania Astrini - Pizza Pepperoni
 
 
 
 
Lagu ini seperti ngingetin aku sama Astri di awal kemunculannya. Diiringi dengan genjrengan ukulele dan gumamannya yang renyah, bikin aku seketika langsung inget dan flashback waktu dia suka ngecover lagu-lagu beberapa tahun lalu.
 
Bersama Dila Sarah, Astri cukup membuat lagu ini lebih light dan fun. Sekaligus, memberi semangat kepada para pejuang LDR dengan adrenaline dan keseruannya. Dengan suara altonya yang Astri banget, Instrumentnya yang RnB jadi semakin terdengar matang dan catchy abiizz.
 
Lagu ini terinspirasi saat dia memakan pizza pepperoni. Astri pun langsung mengunggahnya di akun pribadi tik tok miliknya. Mendapat banyak perhatian dan dukungan dari para pengikutnya, Astri pun memutuskan untuk menjadikan cuplikan tersebut menjadi sebuah single lagu.
 
Mungkin cocok dengan kamu para penggemar Soul RnB apalagi Jeremy Passion. Gass laah.
- Abigail
 
Mighfar Suganda - N for Nothing
 
 
 
 
 
Jeritan Nestapa Berbalut Dreamy
Inspirasi bisa datang dari mana saja. Kebahagiaan, kekasih, perjuangan, persahabatan, hura-hura, dan masih banyak lagi. Namun, salah satu yang paling ampuh adalah penderitaan. Dan tak sedikit lagu-lagu bertema penderitaan yang cukup bagus menurut Saya. N for Nothing ini salah satunya.
N for Nothing kaya akan berbagai macam suara instrumen yang dihasilkan oleh synth. Ibarat pastry, suara instrumen pada lagu ini berlapis-lapis saling bertumpuk. Meski begitu, lapisan-lapisan ini bersatu padu membentuk sebuah harmoni dengan berbagai macam warna yang mewakili masing-masing suara instrumen.
 
Jika didengarkan secara utuh, musikalitas N for Nothing seperti pelangi. Indah, cantik, nan elok ketika masuk ke telinga. Lalu melintas di tengahnya, dipukul, oleh lirik dengan warna kelabu penuh penderitaan. Terpuruk. Cukup menyakitkan. Namun, sekalipun liriknya cukup suram, komposisi musik yang mengiringi tidak membiarkan keseluruhan lagu ikut menjadi kelabu. Balance. Sama saja seperti kita melihat pelangi, tapi bedanya pelangi yang satu ini ada spektrum abu-abunya di tengah-tengah.
 
Lagu ini merupakan deskripsi yang tepat untuk menjelaskan sebuah quotes terkenal oleh Frank Ocean yang sering digunakan muda-mudi ketika galau, “When you’re happy you enjoy the music, but when you’re sad you understand the lyrics.” Ya, ketika kita mendengarkan saat mood yang baik, musik pada lagu ini mempunyai aura yang positif. Namun ketika sedih, lirik pada lagu ini begitu menyayat hati.
 
Penekanan dan pengulangan pada lirik “I feel nothing” dan “I have fallen” sukses menjadi lagu yang tepat untuk menemani kedepresianmu dan ke-overthingking-an mu di malam hari. Berbekal tisu, spiker JBL, lampu tujuh-belasan, dan kamar yang terkunci rapat, N for Nothing bisa merasukimu dan menembus hatimu, bahkan sampai ke sum-sum tulang belakang.
 
Karakteristik pada lagu ini sedikit mengawang-awang dan sarat akan ambience, selayaknya dream pop. Namun elemen kuat lagu ini terletak pada gitar solo Mighfar. Lenguhan gitar ini merobek belantara yang samar, memecah dan menembus kabut tebal, sebuah jeritan akan jiwa-jiwa yang sengsara. Tidak begitu keras, juga tidak terlalu lembut.
 
Semuanya punya penderitaan masing-masing, Mighfar. Namun, bagaimana penderitaan itu dikemas dan tersampaikan kepada banyak orang adalah perkara lain. Akhirnya penderitaan itu terangkat juga.
- Dwikirikus (Guest Reviewer)
 
Rasyiqa – Get Up (Get Out!)
 
 
 
 
 
Bagiku, pengalaman mendengarkan lagu emang paling berkesan saat kita dibuat jatuh cinta waktu pertama kali denger lagu itu. Sama seperti pengalaman pertamaku dengerin Rasyiqa lewat lagu barunya yang dirilis beberapa hari lalu, lagu berjudul Get Up (Get Out!) itu menambah daftar playlistku yang itu-itu aja dan jadi musik yang cukup ‘fresh’ dibanding musik lain yang ada di playlist. Setelah merilis “Reckless” pada tahun lalu, penyanyi pendatang baru ini kembali merilis lagu dengan tajuk Get Up (Get Out!) itu sebagai lanjutan dari musik “Reckless” yang berisi tentang kecemasan muda mudi. Dengan musik yang menurut Rasyiqa sembrono dan lebih brutal dari lagu sebelumnya, lagu pop khas anak muda ini bagiku amat sangat ramah menyapa telingaku. Musiknya yang sedikit cadas berpadu dengan suara lembut nan kalem milik Rasyiqa membuat lagu ini punya khas tersendiri. Mendengarkannya membuatku teringat dengan Joe Brothers dan Demi Lovato di lagu-lagu soundtrack Camp Rock yang menurutku asik banget. Ibarat lagu „This is Me“ yang juga merupakan soundtrack Camp Rock, lewat lagu GUGO (versi ringkas dari Get Up (Get Out!) Rasyiqa juga seperti sedang memberi tahu khalayak kalo lagu ini emang “THIIS IS MEE” alias khas musik Rasyiqa banget.
 
Adanya lagu ini tidak terlepas dari keresahan Rasyiqa yang cukup lelah untuk mengiyakan semua atau sungkan untuk berkata tidak. Suasana tersebut emang bikin resah sebagian orang yang tidak atau belum berani buat menolak sesuatu, apalagi sesuatu yang mungkin nggak kita mau. Lewat lagu ini Rasyiqa ingin mengucapkan cukup untuk dirinya yang selalu mengiyakan segala sesuatu sampai ia kehilangan (mungkin) jati diri dan menjadi tidak tahu apa keinginan dirinya sendiri.
 
“This is a song where I’m saying enough to myself (to a few extent also) as somebody who is tired of constantly saying yes to everything and lost track of what she really wants - because at the end I knew that my world should be revolve with what I want, not based on others expectations of me.” – Rasyiqa
- Juni (Guest Reviewer)
 
 
 
Morad - About a Woman (Album)
 
 
 
“Mendengarkan album ini, saya membayangkan Morad sebagai seorang bohemian di akhir 60-an. Dengan lintingan kanabis di tangan kiri dan whisky pada lainnya, lalu menenteng gitar menjemput sang pujaan. Lhoh lhoh lhoh, saya kok jadi ingat Desperado-nya Antonio Banderas ya? Begitulah impresi album ini kepada saya.”
-KMPL-
 
Iwan Fals - Untukmu (Ft. Nadin Amizah)
 
 
 
 
Perpaduan dari dua karakter yang kuat membuat karya ini semakin terlihat classic dan elegan. Tetap dengan petikan gitarnya yang retro membuat lagu ini terdengar klasik dipadukan dengan anggun dari sisi Nadin.
- Abigail

 
Teras Manusia - Jarak
 
 
 
Diiringi ketukan drumnya yang sedikit terdengar jazzy. Hanya dengan durasi 2.24 Band dengan empat personil ini membawakan lagu ini terdengar seperti lagu era 90an yang cukup santai dan mengayun. Mari kita tunggu single selanjutnya dari Band asal Bandung ini.
- Abigail
 
 
REKAH - Kereta Terakhir Dari Palmerah
 
 
 

Entahlah, saya selalu tak habis pikir dengan REKAH. Seperti dari mana asalnya nada-nada muram nan depresif itu? Dan siapa yang tidak penasaran dengan isi kepala Tomo Hartono, hingga ia memuntahkan lirik bajingan macam, “Tiada surga di puncak menara… Bawa aku pergi jauh”?
-KMPL-
 

Tentang Penulis
Mz-mz editor yang hobi menyunting naskah nak-anak children lebih cepat dari progres uripnya.
View all posts