Loading...

Terpapar! Kabar - Jun - Aug 2023

Ulasan rilisan baru ter-gres dalam 3 bulan terakhir...
Ifanloh
Nadin Amizah - Rayuan Perempuan Gila
 
 
 

 

 

Okay, pengakuan: Saya jarang mendengarkan Nadin Amizah.
 
Namanya memang sering terdengar. Namun lagu-lagunya tak pernah masuk ke daftar putar. Yang paling saya ingat, adalah pembuka lagu “Bertaut”, “Bun, hidup berjalan seperti bajingan.” Satu kalimat lucah nan barbar yang kelewat benar adanya. Pertanyaan saya, “Perempuan se-lelah apa yang menulis lirik ini?” sebelum kemudian menemukan fakta bahwa penulisnya– saat itu– masih berusia 20 tahun. (Serta fakta bahwa dia orang yang sama yang bernyanyi “Amin Paling Serius” bersama Sal Priadi, setahun sebelumnya).
 
Di dalam hati, saya berbisik, “Wow, this Nadin-girl must be crazy.”
 
Tiga tahun setelahnya, saya baru mendengar kabarnya lagi. Kali ini ia merilis sebuah single. Judulnya mayan provokatif. Sedari awal, akustik-jazzy yang mengingatkan saya pada musik Indonesia 50-an itu begitu memikat saya. Sampai kemudian, suaranya masuk dan membisikan tanya ini:
 
“Menurutmu, berapa lama lagi kau kan mencintaiku?”
 
Saya terdiam. Bergumam, “Okay, where will you go?” sebelum kemudian melanjutkan sesi dengar itu dengan menyimak lirik-liriknya. Nadin seakan memuntahkan apa saja yang ada di kepalanya. Tentang menjadi perempuan dengan dunia berikut segala keriuhannya sendiri, “Tak pernah ada yang lama menungguku sejak dulu. Yang terjadi sebelumnya, semua orang takut padaku.” Satu pernyataan yang bisa jadi warning sign bagi siapa saja yang nekat mendekati dara satu ini.
 
Dan semua itu ia rangkum dalam sebuah reff brengsek ini:
“Memang tidak mudah mencintai diri ini
Namun, aku berjanji akan mereda seperti semestinya.”
 
Sialan!
 
Mungkin, itulah masalah terbesarnya. Para puan ini tak benar-benar mengerti apa yang mereka mau. (Selain tentu saja, didengar). Sebut saya sok tahu, tapi saya membayangkan: Saat luka-luka itu hadir, ada satu konflik besar dalam diri mereka. Bonus tumpang-tindih, kericuhan, dan kebingungan yang menyertainya. Eksesnya bisa tangisan namun seringnya kemarahan; satu hal yang seringkali dilampiaskan kepada siapapun yang ada di sampingnya.
 
Dan saya, lelaki, hanya bisa bertanya, seringkali menyela, lalu menyalahkan mereka. Tanpa pernah mau mendengar apalagi mengerti.
 
Tak akan pernah.
 
Selanjutnya bisa ditebak. Sang puan meminta maaf. Atas apapun yang terjadi kemarin dan segala tumpah-ruahnya. Lelaki bisa bilang, “It’s okay” dan hari berjalan seperti biasa. Tapi apakah demikian pula sang puan?
 
Saya ragu.
 
Instead, sang puan pulang, membawa semua itu ke rumah, dan mengajukan tanya yang sama, “Apa yang salah?”
 
Kebingungan? Jelas. Semakin lama mencari, semakin menjauh pula mereka dari jawabannya. Hingga pada satu titik, mereka menarik simpul: “Akulah masalahnya. Aku, dengan segala cacat dan apapun yang membekas tanpa pernah ku minta.” Keberadaan adalah dosa itu sendiri.
 
Dan mereka mengutuki diri.
 
Maka benarlah kata-kata Nadin, “Sambil penuh cinta, diam-diam berusaha selalu tahu aku akan ditinggalkan.” Perempuan adalah makhluk penuh gores luka yang tertatih langkahnya. Tak tahu siapa dirinya dan apa yang dimintanya selain sebuah pengertian dari makhluk yang paling mustahil memberikannya:
 
Laki-laki.
 
-KMPL-
 
 
 
Rizky Febian x Gangga - Luka
 
 
 
Lagu yang penggalannya sudah viral dimana-mana sampai jadi salah satu yang paling sering saya temuin kalau lagi buka TikTok ini sempat banyak diminta untuk dirilis versi lengkap oleh para penggemar.
 
Setelah lama tidak terdengar kabar untuk lagu ini, ternyata Rizky Febian dan Gangga sepakat mewujudkan keinginan para penggemar dengan mencantumkan lagu ini menjadi salah satu jagoan pada album terbaru Rizky Febian yang berjudul Berona. Lagu yang super catchy dan memiliki lirik serta nada, yang sangat mudah dihafal mengantarkan lagu ini menjadi salah satu lagu yang paling banyak diputar pada albumn tersebut. Menceritakan tentang cara memandang luka yang kini sudah tak lagi sama akibat mati rasa membuat banyak muda-mudi yang sepertinya merasa relate dengan kisah cinta mereka menjadi ikutan patah hati.
 
Mungkin terkadang lagu yang dibawakan dengan penuh penjiwaan bisa menyihir seseorang yang sebelumnya baik-baik saja menjadi ikutan terluka atau mungkin untuk mereka yang memiliki masa lalu pernah disakiti dengan hebat pasti akan ikutan relate dengan lagu yang satu ini. Penggalan “Dan tak lagi sama caraku memandang luka, kini tlah kurasakan bekunya hati dalam sepi” telah berhasil memiliki 385,5 Likes pada Tiktok milik akun RF Vids, mungkin hal ini juga akan mengantarkan dua solois tampan ini untuk menjadi salah satu lagu alternatif untuk menangis kala hujan buat para pecinta lagu galau.
- Rieva Madyna
 
 
Maira - Tak Semanis Dulu
 
 
 
Super manis dari intro awal, pantas banget disematkan pada lagu yang berjudul “Tak Semanis Dulu” yang dinyanyikan oleh Maira. Berkisah tentang seseorang yang sadar kalau dia ternyata sangat bodoh karena salah memilih kekasih hingga berakhir dengan menyerah. Terkadang perkiraan emang suka meleset apalagi ketika bicara tentang perasaan, terkadang sampai suka nggak nemu titik baik.
 
Suara yang super manis dari Maira pada lagu ini dilengkapi dengan part backing vocal pria yang pastinya menambah part kemanisan lagu ini (sempat bikin aku sebagai pendengar salfok, karena ini kayak kenal suaranya terus kok bisa enak banget). Bakalan siap bikin rasa penyesalanmu para insan yang gamon alias gagal move-on itu segera pengen move-on lebih cepat, karena semakin sadar kalau selama ini sudah jadi manusia bodoh. Soundtrack penyesalan menjadi manusia bodoh ada nambah satu lagi nih…
- Rieva Madyna
 
Fahem - Pulang
 
 
 
 
Akhirnya para penikmat musik Fahem bisa dengan nyaman mendengarkan karya solois asal Malang ini tanpa bayang-bayang Morisade. Lagu berjudul 'Pulang' ini adalah karya perdana dari Fahem yang secara penuh ditulis dalam bahasa indonesia. Sebelumnya, Fahem sudah merilis EP yang semuanya berbahasa Inggris.
 
Gaya penulisan lirik yang radikal di single 'Pulang' juga didukung oleh aransemen pop sederhana dengan dominasi gitar akustik, gitar, serta keys yang ritmis. Overall, Fahem juga menanggalkan aransemen pop RnB seperti yang tertuang di debut EP miliknya yang dirilis hampir 2 tahun lalu. 
 
Pemilihan diksi yang sederhana namun lugas juga membawa kesan jika Fahem menginginkan kejujuran dalam karyanya saat ini. Satu hal yang menarik untuk ditelaah lebih lanjut adalah bagaimana cara Fahem mendeskripsikan memori masa lalunya ke single ini yang bisa membawa pendengar turut hanyut dalam memorabilia imajiner. Sensasi theater of mind seperti inilah yang juga bisa ditemukan di dalam album dari Perunggu, Kunto Aji, hingga Tulus.
 
Konon, lagu 'Pulang' adalah pembuka menuju album penuh Fahem yang rencananya bakal dilepas tahun ini. Jadi, sejauh apa Fahem melangkah di album barunya nanti jika dibandingkan dengan EP yang sudah dirilisnya tahun lalu? 
-jef-
 
 
Candra Megah - Menangkap Sepi
 
 
 
 
“Orang sekarang takut sepi.”
 
Mendengar “Menangkap Sepi”, saya langsung ingat quote Cak Nun tersebut. Saat itu, ia bercerita tentang guru besarnya, (alm.) Umbu Landu Paranggi. Sastrawan misterius dus darah biru yang memilih turun dan menyambangi dunia dan carut marutnya serta menangkapnya dalam bait-bait puisi paling indah yang pernah ada di muka bumi.
 
Lewat Umbu pula, saya belajar satu kata menarik: “Sunyi”.
 
Bagi awam, “sepi” dan “sunyi” bermakna sama. Ber-sinonim. Artinya kira-kira, “Ketiadaan bunyi atau suara.” Saya lihat Candra mengartikannya serupa. Terlihat dari saling-silang penggunaanya pada lirik lagu ini.
 
But I beg to differ.
 
Saya rasa “Sepi” punya sifat “tak diminta.” Unwanted. Penjahat berdarah dingin yang tiba-tiba menyekap; membekukan segala dan menghampakan udara. Maka, saya setuju dengan Slank (yang dulu masih waras) yang mendedahkan, “Terbunuh sepi”-- yang ia kutip di lagu ini.
 
Singkatnya: Sepi adalah diam yang tak diharapkan.
 
Tapi tidak dengan “Sunyi”. Sunyi mungkin serupa dalam hal ketidakhadiran bunyi. Namun ia lebih punya sisi anggun. Elokuen. Sebuah ketenangan yang dihasilkan oleh suara-suara yang sejenak menepi; memapah kita lebih dekat pada diri. Jika “Sepi” adalah seorang perisau, “Sunyi” adalah karib lama yang menunggu di tepian desa nan jauh di mata.
 
Itulah kenapa, kita bisa menderita “kesepian” (loneliness) tapi tidak “kesunyian” (solitude).
 
Maka benar kata Cak Nun: “Manusia hari ini takut sepi.” Takut merasa sendiri. Takut mengetahui fakta jika segala hubungan interpersonal yang kemudian jadi “ilusi kolektif” itu bersifat buatan. Sebuah konstruksi untuk sejenak lari dari “kesendirian”.
 
Sedangkan sunyi adalah kebalikannya. Ia adalah titik di mana seorang manusia menerima kesendirian. Alih-alih melihatnya sebagai kutukan, “Sunyi” menawarkan sudut pandang baru dalam melihat keberadaan kita.
 
Kesunyian adalah ketiadaan suara yang maha-agung adanya.
 
Pendedahan tadi jadi penting karena mendengar lagu ini, saya merasa Candra tidak sedang “menangkap sepi”. Tidak. Ia tidak sedang mengutuki diri– dengan mabuk, teler, setengah-hidup– tentang terjebak dalam kesepian dan rona-ronanya. Sebaliknya malah. Harmoni dan delivery-nya mengisyaratkan “penerimaan”. Nrimo ing pandum meski kita dihujani lirik-lirik macam, “... merindukan yang telah usai, yang telah hilang” atau bahkan frasa pamungkas “terbunuh sepi” tadi. Ini adalah ekspresi segala optimisme yang tersisa dari seorang fatalis. Ya, kurang lebih begitu.
 
Jadi, lebih baik ganti judul saja: “Menangkap Sunyi.” Ha!
 
Saya rasa, hanya itu ketidaksetujuan saya terhadap Candra. Bukan masalah serius; hanya risalah singkat tentang pusparagam kebahasaan. Setuju monggo, kalau tidak ya apa peduli saya?
 
Selebihnya, ini lagu apik. Ia dibangun di atas kord-kord anggun nan mistikal dan dipadukan dengan notasi yang serupa warnanya Ragam harmoni itu bisa kita temukan pada gegubahan Yockie Suryoprayogo– serta diadopsi Dewa, Bilal, sampai Sal Priadi. Anda sih harusnya suka di dengaran pertama. (Kecuali ragam harmoni anda mentok di 1-6-4-5 atau Matt Healy; which is, gak ada masalah juga sih).
 
Pun jika tidak, sabar… masih ada edisi kedua dan ke-1000/1, kok.
-KMPL-
 
 
 
 
 
 
 
UHU - Babak Pertama (EP)
 
 
 
 
Punk not dead!
 
Sebuah unit punk dari Blitar, UHU yang merupakan singkatan dari Unheard Untitled, baru saja mengeluarkan sebuah EP pembuka bagi band mereka bertajuk “Babak Pertama”. EP yang berisikan 4 track ini direkam live di Studio Merapi yang juga berlokasi di Kota Blitar. 4 track tersebut dimulai dengan judul “Tapi Boong”, disusul dengan satu-satunya track yang ditulis penuh menggunakan Bahasa Inggris “Running”, kemudian ada track berjudul “Kung-fu”, dan ditutup dengan “Jungle”.
 
Secara keseluruhan EP ini merupakan bentuk keluh kesah dari anggota UHU yaitu Opi (vokal), Aswan (gitar), Rian (bass), dan Maceng (drum). Layaknya musik punk, EP dari UHU ini penuh dengan kebebasan dan ‘marah-marah’. Lagu-lagu dengan fast tempo dan lirik yang cukup relevan untuk pendengar di usia remaja ini menjadi pertimbangan untuk band ini bisa dinantikan live atau karya selanjutnya.
 
Bila dilihat band dengan genre sejenis yang sedang ‘bersinar’ sekarang ini, sebut saja Dongker dan The Jansen, UHU juga punya branding yang patut diapresiasi. Ya, tidak bisa dipungkiri lagi, dewasa ini selain karya, sebuah band harus punya ‘style’ sendiri agar tetap bisa menjadi pilihan para pendengar.
- Dimas Gilang Narendra
 
Cema- Naked
 
 
 
 
Solois asal Surabaya Cema, baru saja merilis lagu baru berjudul Naked setelah rilisan terakhirnya pada tahun kemarin dengan judul Friends dan Still I Feel. Tapi kali ini Cema tidak sendiri, dia berkolaborasi dengan solois lain bernama Adio yang merupakan mantan vokalis band mereka sendiri (pada waktu itu Cema memegang bass sebelum akhirnya mereka memilih bersolo karir).
 
Masih berkutat seputar percintaan, lagu Naked ini merupakan sebuah gagasan mereka untuk bertahan hidup dan mencari eksistensi diri dari sebuah hubungan. Dan lagi, Cema selalu memberikan lirik-lirik yang bisa dibilang cukup puitis namun tidak picisan seperti sebelum-sebelumnya. Tapi pada sisi musiknya sedikit berbeda, pada lagu ini akan terasa kombinasi musik seperti pop, ballad, hingga soul sehingga yang tercipta adalah vibes untuk berjoget
 
Yang jelas khalayak yang mendengarkan lagu-lagu Cema tidak akan menganggap Cema seperti musisi lain (re: Pamungkas, Oslo Ibrahim, dll.), karena sejatinya Cema juga punya karakter tersendiri dalam bernyanyi maupun memproduksi sebuah lagu terlihat dari 3 rilisan terakhirnya.
- Dimas Gilang Narendra
 
 
Kai. - First Place
 
 
 
 
Kai. Solois yang mengusung genre Suicidal Pop asal Surabaya ini baru saja merilis single terbaru bertajuk First Place. Tidak sendiri, pemuda ini berkolaborasi dengan Adio yang juga merupakan solois asal Surabaya juga (sama seperti kolaborasinya dengan Cema). Menariknya lagi, semua keperluan lagu ini seperti rekaman, mixing & mastering, foto, hingga isian gitar dilakukan oleh mas-mas satunya dari Surabaya juga, yaitu Cema.
 
Sama seperti rilisan-rilisan sebelumnya, Kai. masih membawakan lagunya dengan nuansa yang ‘gelap’, yang membedakan adalah dengan adanya vokal dari Adio lagu First Place ini terdengar lebih manis ketika didengarkan. Masih tentang cinta, lagu ini kurang lebih menceritakan tentang bagaimana seorang hopeless romantic guy yang berusaha mencari cara kembali ke pasangannya setelah diberikan ultimatum tapi setelah semuanya dirasa tidak berjalan dengan semestinya, pada akhirnya dia hanya ingin mengucapkan selamat tinggal dengan proper.
 
Dengan adanya project lain yang Kai. kerjakan seperti The Goofey Gober dan Party Kelir bisa disepakati bahwa mas-mas ini bertalenta dan patut dinantikan karya selanjutnya.
- Dimas Gilang Narendra
 
 
 
Later Just Find - Tiada Berubah
 
 
 
Jauh dari karakter Later Just Find sebelumnya yang cenderung membawakan musik Pop Disco. Dengan menggandeng Petra Sihombing bersama Kamga, kali ini mereka hadir dengan nuansa baru. Mereka membawakan lagu penuh cinta ini begitu dalam dan melankolis. Begitupun dengan lirik yang mereka sampaikan terasa lawas dan nostalgia.
- Abigail
 
Nadhif Basalamah - Never Let You Go (ft. Laze)
 
 
 
 
Tak dipungkiri, lagu ini memang penuh dengan getaran RnB. Kombinasi dari aransemen, ritme, hingga gaya rap Laze yang berciri khas dan berkarakter juga mampu berirama dengan chic dan elegan walaupun dengan mid-tempo.
- Abigail
 
 
Vun - Aluna
 
 
 
Disambut dengan Intronya yang ala-ala pop dosco ini membuat Aluna terdengar energik dari yang katanya lagu sakit hati. Bait pertamanya mampu mengelabuiku yang terdengar K-Pop.
 
Dengan warna musiknya yang cerah dan full colour, Vun membuatku "tak menduga dan tak menyangka" jika ini adalah lagu sakit hati. Bahkan membuatku bisa merasakan lagu ini sambil ngangguk-ngangguk nikmatin musiknya dan membuatku menjadi lebih fun saat mendengarkan karyanya.
 
Bahkan musik videonya aja jauh dari kata galau ataupun sendu. Bayangkan saja! bagaimana mungkin mereka bisa mengemasnya dengan begitu ceria dan menggoyangkan tubuhnya di tengah lapangan tenis dan suasana pantai yang begitu cerah membuat lagu ini jauh dari kata sakit hati. Kalo nggak percaya, coba lihat deh! Wkwkwk.
- Abigail
 
rottenhearts - Hymns of Sadness (album)
 
 
 
 
Satu lagi nama baru yang muncul dari membludaknya rilisan dari Kota Malang. Sebuah band beraliran shoegaze & post hardcore yang menamakan diri mereka sebagai rottenhearts baru saja merilis album bertajuk Hymns of Sadness.
 
Beberapa track di album ini seperti Pathways; Behold the Memories; serta Hymns of Sadness sebenarnya menawarkan energi yang kuat bagi para penikmat shoegaze nyel. Jika saja kualitas produksi mereka lebih proper, album ini akan jadi lebih dari sekadar luapan emosi dan marah-marah dari personelnya. Well, sebuah langkah yang bagus untuk rottenhearts dalam memberi warna rilisan di Malang ini.
-jef-
 
 
Daffodil - Lantunan Hati (EP)
 
 
 
Namanya juga ben-benan, bongkar pasang personel selalu jadi permasalahan internal yang cukup klasik. Nah sebagai band yang comeback dari gonjang-ganjing squad, Daffodil menghadirkan kickstart yang menarik di EP Lantunan Hati. Lirik personal yang mereka tulis jadi motor yang menggerakkan extended play ini.
-jef-
 
Aruma dan Raim Laode - Ekspektasi
 
 
 
“Banyak bicara tentang cinta, tapi semuanya tak nyata”
 
Dikutip dari tulisan pada foto di lagu Ekspektasi yang baru saja dirilis oleh dua orang yang mungkin kita sering dengar lagunya memenuhi akun Tiktok dengan penggalan narasi dari insan patah hati, Aruma dan Raim Laode. Lagu yang bercerita tentang luka yang sama akibat ekspektasi dan banyak angan tentang cerita cinta. Menyebabkan seseorang tersebut kembali terluka karena pengkhianatan, mungkin harapnnya sudah besar untuk menemukan cinta yang tepat namun sepertinya usia yang terlalu dini dan angan yang terlalu tinggi membawa meraka terlalu jauh bermimpi hingga akhirnya terperosok pada luka yang tak mampu dihindari. Permintaan maaf pun juga dilontarkan pada penggalan lirik “Maaf hidup denganku menyebalkan, penuh curiga dan melelahkan”, rangkuman lengkap dari kisah cinta yang menyatakan terluka hingga mengantarkan bahwa keegoisannya membuat orang tercinta menginginkan kata pisah. Single kedua dari Aruma sangat mengedepankan harmonisasi dari dua orang dengan karakter suara yang berbeda, lantunan khas suara dari Raim Laode membuat warna yang berbeda namun tetap sendu untuk lagu ini.
- Rieva Madyna
 
Eva Celia - Crush
 
 
 
Sebenarnya agak kurang rela saat Eva Celia meninggalkan riff dan chord yang jazzy seperti di karya sebelumnya. Tapi sepertinya era baru dari Eva Celia bakal dimulai lewat single Crush ini. Menarik untuk disimak apa yang bakal dihadirkan Eva Celia di album barunya ketika di single ini dirinya mengombinasikan electro-RnB secara sempurna. Sebagai penikmat CHVRCHES, aku punya kedekatan personal dengan single ini.
-jef-

Tentang Penulis
Mz-mz editor yang hobi menyunting naskah nak-anak children lebih cepat dari progres uripnya.
View all posts