Terpapar! Kabar Jul - Sept 2024
Reviu rilisan ter-gres Q3 2024.
Loading...
Anda Perdana - In Medio (2008)
Saya menemukan In Medio bukan dari digging, rekomendasi teman, apalagi media musik.
Pemujaan saya akan album ini disebabkan oleh rekomendasi Spotify. Ya, algoritma! Penentu selera kita hari ini. Di satu siang, “Dalam Suatu Masa” terputar di telinga. Intronya mengalun renyah, membuat saya menghentikan segala pekerjaan kala itu. “Ini lagu siapa ya?”
Saya buka, muncullah nama “Anda Perdana.”
Lagu tersebut– dan album ini– mengubah persepsi saya tentang Anda Perdana. Sebelumnya, saya mengenal Anda Perdana sebagai pelantun “Tentang Seseorang” (OST ‘AADC’) & “Menghitung Hari 2” (OST ‘Heart’). Setidaknya sejak trek di atas, saya menemukan Anda Perdana tak hanya seorang lelaki maskulin yang mendedahkan, “Jangan sebut aku lelaki bila tak bisa dapatkan engkau” dengan jumawa. (Usut punya usut, itu lagunya Anto Hoed & Melly Goeslaw, dia hanya membawakan).
Kembali ke In Medio. “Eklektik” adalah satu kata yang tepat untuk menggambarkan album ini. Spektrumnya luas, dari lagu-lagu selow-nya yang menghanyutkan, raung rocknya yang begitu nakal, dan warna-warni di antara keduanya. Sebagai anak Koes Hendratmo, Anda-- dan adiknya, Bonita-- jelas terpapar beragam musik sedari kecil. Mungkin itulah yang membuat referensinya begitu kaya.
Dan album ini merekamnya dengan apik.
"Moi Et Oi" yang ia bawakan bersama Mian Meuthia, misalnya, adalah trek yang menunjukan keberadaan influens The Police; dari chord-chord suspended Andy Summers sampai beat Stewart Copeland. Lalu "Dalam Suatu Masa" adalah trek akustik yang memang pantas ditaruh sebagai pembuka. Begitu adem & damai, cocok didengarkan para penggemar KLa Project (terutama KLakustik) atau Adhitia Sofyan. Hal sama yang anda dapatkan pada lagu "Full Moon Tonight".
Di kutub seberangnya, kita bisa melihat influens grunge & alternative di lagu-lagu macam "Psychedelia" & “Bias Senja". Tak hanya itu, ada nuansa Return To Forever sampai Dream Theater (era Octavarium) pada "Pusaran", lantun keraguan pada sosok teistik yang dibalut dalam musik super progresif. Bagi saya, ini adalah trek paling komplit yang bisa menjawab pertanyaan, “Album seperti apa In Medio itu?”
“Andai doaku tiada bertuan
Kau tahu di mana Aku bermalam
Di mana ku bersemayam”
- Pusaran
Pengaruh-pengaruh jazz juga kentara di sana-sini. Seperti “M L” yang– literally– menggambarkan desah-resah senggama dengan elegan. Keberadaan nama “Indra Lesmana” juga menambah ragam disonan dalam lagu ini. Coba dengarkan trek “Dalam Peluk Shiva” yang meskipun dibalut dalam musik rock, namun penuh harmoni-harmoni jazz yang penuh tension-release. Dan tak bisa dipungkiri, Anda Perdana punya kelihaian tersendiri dalam menemukan notasi-notasi “aneh”. Harmoni-harmoninya liar (baca: adventurous), cukup mengagetkan kalau dibawa ke konteks pop seperti miliknya. Selain lagu-lagu tadi, kita tentu jarang menemukan lagu dengan notasi dan progresi kord macam "Alunan Sendu." Khayal!
Di antara semburat eksplorasi musikal di In Medio, lagu terbaik album ini justru yang paling "sepi". Diberi judul "Cukup Dalam Hati", Anda hanya perlu suara dan sebuah gitar akustik untuk memuntahkan hantu-hantu yang bersemayam di kepalanya. "Mungkinkah kau akui bahwa dirimu itu seorang anak manja yang mengaku dirinya pemberontak?" Siapa yang menyangka, di tengah mitos tentang ke-rock-and-roll-annya, ternyata Anda punya kegelisahan eksistensial semacam ini.
Merangkum: In Medio adalah album yang begitu lengkap. Ia kaya secara musik, pula berdaya secara lirik. (Bahkan ia masih cukup stand-out bila dibandingkan dengan banyak rilisan hari ini). Dalam hemat saya, ia adalah bukti bahwa kita bisa membuat album pop yang aksesibel namun masih trengginas secara musik.
Oh iya: Album ini dirilis tahun 2008, namun saya baru menemukannya sekitar 3 bulan lalu. Yang berarti, 14 tahun sejak pertama diriilis! Menyebalkan memang, namun bagaimana lagi? Saya tak pernah mendengar kabar-kabari rilisnya album ini, kala itu. Tapi bisa dibayangkan. Tahun-tahun tersebut, musik melayu jadi primadona, kuasa label juga masih besar, serta internet belum juga mapan. Kesadaran (pendengar) bahwa ada musik lain di luar Inbox (atau yang lebih mending, MTV) juga belum sebesar sekarang.
Singkat kata: Indie belum jadi zeitgeist seperti hari ini.
Dengan modal materi semacam itu, ia jelas kelewat maju di zamannya. Anda sendiri pernah menawarkan draft In Medio ke beberapa label (besar). Sudah bisa ditebak: Penolakan yang didapatnya.
"Wah, gak masuk, Nda," tutur salah 1 produser yang mendengarkan album ini.
Yah, apa yang bisa diharapkan dalam suatu masa di mana label-label sibuk merayakan patah hati dan TV latah mengeja kata C.I.N.T.A?
-KMPL-
Sebuah bentuk curahan terhadap 'Duality' Luna Li
Kembalinya Eleanor's Gun dalam kancah permusikan Sidoarjo
Reviu musik ter-gres 3 bulan terakhir~
Ulasan Album kedua Nadin Amizah. Ditulis dengan cinta (dan sedikit kotor) oleh [At]Kuntilawak.
Ulasan rilisan baru ter-gres dalam 3 bulan terakhir...
Ulasan rilisan baru ter-gres dalam 3 bulan terakhir...
Mini Album Perdana, Starducc.
Ulasan rilisan baru tergres Maret sampai Mei 2023
Satu-dua hal tentang album ketiga Turnover yang “dewasa”.
Ulasan rilisan baru tergres kuarter pertama 2023
Review Rilisan tergres selama Oktober - November 2022
Review Rilisan tergres selama Agustus - September 2022
Rilisan-rilisan tergres dalam 2 bulan terakhir-- karena Admin lagi sibuk, wwqwqwq.
Akhirnya Cema merilis lagu yang sangat Cema
Reviu rilisan-rilisan gres sebulan terakhir
Reviu rilisan-rilisan gres sebulan terakhir
Reviu rilisan-rilisan gres sebulan terakhir
Reviu rilisan-rilisan gres sebulan terakhir
Reviu rilisan-rilisan asoy selama sebulan terakhir...
2 tahun lalu, sebuah album menarik dirilis...
Berbagai rilisan yang menarik perhatian para admin sepanjang 2021...