The People of The Sun - Ingenue
Selepas mengisi tahun 2022 dengan project ambisius dalam wujud single 'Disintegration' dan 'Disdain', The People of The Sun resmi melepas track terbarunya di bulan Maret 2023. Single berjudul 'Ingenue' ini pun sukses bikin The People of The Sun makin dilirik oleh para penikmat musik di luar skena Surabaya.
Jika dilihat secara harfiah, ingenue sendiri punya makna yaitu wanita awam atau pemeran baru yang muncul dalam sebuah karya literatur, teater, atau film. Nah, diksi sastrawi inilah yang jadi bahan utama People of The Sun dalam membahas topik tentang cinta dua arah di lagu berdurasi 3 menit 28 detik ini.
Sejak detik pertama, barisan lirik berbunyi "Steady Your Heart" yang dikemas orkestratik bakal membuat pendengar teringat dengan bait awal dari 'Bohemian Rhapsody'. Lirik tersebut kemudian disusul oleh alunan piano ala Daniel Johns yang diisi oleh sang vokalis yaitu Dwi Pramono. Selebihnya, pendengar akan dimanjakan dengan kombinasi classic rock dan progressive rock nge-blend secara lembut.
Hal paling kontras dari 'Ingenue' dibanding dua single sebelumnya adalah kualitas produksi yang meningkat. Terlebih, The People of The Sun sukses mengeksplorasi maksimal karakter vokal Dwi Pramono dan gitar dari Adria Riswinanda yang menurut saya jadi nyawa utama di 'Ingenue'. Proporsi bass dan drum yang masing-masing digawangi Rahmana Wiradanu dan Bimo Widiyahutomo juga terasa pas, tidak berlebihan, dan bisa menyempurnakan keseluruhan lagu 'Ingenue'. Jika disimpulkan, The People of The Sun sukses bikin mereka menjadi Queen dan Silverchair tanpa harus berambisi menyerupai Brian May, Roger Taylor, Daniel Johns, atau Ben Gillies.
Well, saya sempat menulis di zine Terpapar! Musik yang dirilis saat FaFiFest 2 Januari lalu dengan mengatakan bahwa 2023 akan menjadi tahun yang krusial untuk The People of The Sun. Rilisan pertama di tahun 2023 akan memegang peranan kunci tentang seberapa besar potensi The People of The Sun, dan terus terang 'Ingenue' adalah rilisan yang sangat memenuhi ekspektasi saya (dan pendengar). Single 'Ingenue' pun semakin memperkuat kesan bahwa kumpulan mas-mas populer (di kalangan warga-wargi myuziek Surabaya) ini sangatlah bahaya dan patut diwaspadai.
Jika grup musik ini adalah wadah balas dendam atas kurang produktifnya band yang pernah digawangi Dwi, Adria, Rahmana, dan Bimo akhir-akhir ini, maka entitas brengsek bernama The People of The Sun bakal semakin patut buat diwaspadai.
Saya sempat menonton video People of The Sun di Instagram tentang fakta di balik 'Ingenue'. Bukan fun fact-nya, saya justru tertarik dengan statement yang dilontarkan Bimo dan Dwi saat mereka mengklaim bahwa The People of The Sun akan selalu bikin lagu yang bagus.
Well, saya sepenuhnya sepakat jika Bimo dan Dwi bilang kalau The People of The Sun akan selalu bikin lagu bagus. Tapi level paling tinggi yang bisa dilakukan adalah konsisten berkarya agar tidak mengulang fase mengecewakan seperti: sekumpulan band bagus nan potensial lainnya yang pada akhirnya inkonsisten dan berujung mati (suri).
Anyway, great job The People of The Sun!
- Jeff Winanda
Milledenials - Precious Me / Feel Any Pain (Maxi Single)
Edun tenan! Genjrengan gitar dan alunan musik yang ‘GUE BANGET!’ menggabungkan unsur Shogaze namun beatnya kencang dengan Emo core, jadilah EmoGaze, jawaban para personil Milledenials ketika ditanya ‘Genre kalian apa sih?’
Maxi single yang baru saja mereka keluarkan, Precious Me dan Feel Any Pain, sudah menjadi playlist sehari-hari saya ketika dalam perjalanan. TOP! Namun yang paling sering saya putar adalah Precious Me, karena hampir setiap elemen di dalam lagu ini, adalah comfort zone saya dalam mendengarkan sebuah musik. Genjrengan gitar cepat, noise dan dibumbui melodi, serta vokal yang sedikit ngawang ditambah ketukan drum yang asik, adalah musik yang membuat saya nyaman untuk didengarkan secara repeat.
Sudah pernah lihat live mereka dan langsung jatuh cinta dengan musik Milledenials. Saya merekomendasikan kalian untuk melihat live mereka, sekali saja dulu, nanti juga ketagihan. Atau yang belum pernah dengar, segera menuju DSP kesayangan kalian dan setel Milledenials segera! Agar kalian bisa ikutan sing along, dikarenakan pada bulan Mei dan Juni ini mereka akan mengadakan tour selama 2 minggu, dengan 12 titik di Pulau Jawa, Bali dan Lombok.
Konon katanya dari berita yang tersebar, bahwa 2 single ini akan menjadi jembatan menuju mini album mereka, can’t wait! Bikin mini album + tour, semoga Milledenials konsisten mengeluarkan karya-karyanya!
- Zico Bonetti
Thee Marloes - Midnight Hotline
Jika diminta memilih rilisan uplifting di rentang 3 bulan terakhir, lagu pertama yang seketika muncul di otak adalah Midnigtn Hotline yang dibawakan oleh Thee Marloes. Ini adalah rilisan anyar dari trio yang digawangi oleh Natassya, Sinatrya DhaRaka, dan Tommy Satwick.
Memang secara lirik, lagu ini bukanlah anthem untuk memberikan semangat. Namun kombinasi jazz dan sentuhan funk yang dibawakan Thee Marloes seketika jadi materi yang atraktif untuk didengarkan.
Hadirnya brass section di lagu ini pun membawa kesan ala era bossanova yang dikemas secara modern. Terlebih vokal dari Natassya juga mampu mengisi ruang di lagu megah ini dengan proporsi yang pas. Liriknya yang sederhana namun well-written juga jadi poin plus sehingga bikin Midnight Hotline cocok dihadirkan sebagai encore.
Kabarnya, Thee Marloes juga merilis karya ini dalam bentuk vynil 7 inci. Jika kamu para pembaca adalah kolektor rilisan fisik, maka saya akan sangat merekomendasikan Thee Marloes ini.
- Jeff Winanda
Yellow Flower Living Water - The Great Unconformity (EP)
Butuh tiga tahun semenjak perilisan album Happy Hazel Days bagi Yellow Flower Living Water untuk kembali merilis lagu-lagu terbaru. Hasilnya adalah Extended Play berjudul “The Great Unconformity” yang berdurasi 16 menit dengan 4 lagu di dalamnya.
Versi singkat, EP ini merupakan rekaman memori seseorang dengan dua fokus cerita: Pertama, romansa. Kedua, keluarga. Lebih lanjut lagi, tajuk 'The Great Unconformity' ini terinspirasi sama fenomena geologi yang mengindikasikan absennya sejarah manusia dalam sedimen tanah untuk beberapa periode.
Yellow Flower Living Water mengemas cerita-cerita tadi dengan indah dan natural pada rilisan kali ini. Pengemasan yang sederhana di sana dan sini—musikal & lirik—justru memberikan gambaran yang pas dengan tema yang dibahas. Di situ pula bagian menariknya. Mereka berhasil mengemas cerita yang sebenarnya cukup kompleks—cinta; romansa & keluarga; daddy issues—menjadi satu kemasan utuh yang ringan untuk dinikmati.
Maka tak perlu khawatir bagi pendengar baru mereka yang bahkan baru mengetahui nama Yellow Flower Living Water setelah membaca tulisan ini. Sebab mereka menyuguhkan musik yang cukup mudah untuk diingat dan dinikmati. Jika dibandingkan dengan rilisan sebelumnya EP ini terasa lebih solid secara musikal dan konsep.
Mari sedikit kita bahas per-trek!
THE WHAILING
Yellow Flower Living Water “konsisten” dalam pemilihan trek satu pada suatu album. Semacam ada benang merah/label khusus untuk memilih suatu lagu menjadi pembuka pada album. Jika kalian menyadari, mereka cenderung menjadikan lagu yang pada 15 detik pertama dibuka dengan suara ketukan stik drum atau bunyi bass. Kali ini, mereka menjadikan “The Whailing” sebagai pembuka yang berhasil menyuguhkan rasa yang ingin disampaikan. Meski belum sepenuhnya tau lagu ini tentang apa, tapi saat kali pertama mendengarkan semacam ada perasaan campur aduk yang dituangkan pada lagu “The Whailing”. Penulis semacam menceritakan kehadiran seseorang di hidupnya. Seseorang yang bingung menentukan sikap dan pilihan.
IT’S NOTHING
Trek ini barangkali akan relate bagi beberapa orang yang sudah mengalaminya. “It’s Nothing” mengisahkan fase romansa yang dewasa. Di mana ternyata cinta hari ini terkadang lebih dari terhalang jarak dan waktu. Kadang, cinta juga bisa terhalang oleh realita: “I hope you’re happy in the warmth of another man”
Ya.. yasudah. Barangkali memang harus begitu. Kayak pil pahit yang harus ditelan, mau ga mau. Anggap saja ini bukan apa-apa melainkan sekadar fase. It’s nothing.
FATHER FIGURE
Getirnya hidup ternyata engga berhenti di trek dua. (WKWKWKWK. Fak!) YFLW menyuguhkan trek paling brengsek di EP ini. Di mana lirik yang disuguhkan sangat lugas. Apa adanya. Di lagu ini kita semacam diajak bayangin gimana rasanya kehilangan bagian penting di hidup kita: sosok ayah
Di lagu ini banyak kata berisi harapan sederhana yang ditulis untuk sang ayah yang absen dalam hidupnya. Sesederhana makan malam, pelukan, bermain lempar tangkap atau perhatian. Dan, ya … lagi-lagi penulis ingin mengatakan bahwa, bagaimanapun, di penghujung hari ia adalah sosok ayah itu sendiri. Pil pahit yang harus ia telan.
WE LOVE YOU
Setelah disuguhkan dengan kisah yang pilu, getir dan membingungkan. “We Love You” hadir sebagai klimaks. Nuansa yang dibangun di lagu ini cenderung cerah dan sejuk. Mengisyaratkan fase penerimaan (acceptance).
Tambahan string di lagu ini membuat teringat film-film Disney. Aransemen yang menarik, mengingat Yellow Flower Living Water merupakan band dengan formasi quartet: 2 gitar, bass & drum. Saya bisa membayangkan lagu ini dibawakan dengan format yang lengkap dan megah di panggung teater.
Hal yang paling diingat setelah mendengarkan EP ini kalo dijadiin kalimat mungkin kayak gini: “The rawness and trembling voice delivered such a strong feelings.”
Tapi, gimana menurut mu? Coba dengerin ya!
- Ano (Guest Reviewer)
Skandal - Terbang
Entah mengapa mendengarkan single terbaru dari Skandal - Terbang ini seperti terbayang-bayang alunan Gold Star For Robot Boy-Nya Guided by Voices (Band Indie Rock Amrik) di melodi awal. Tapi diluar itu semua, Terbang-nya Skandal ini layaknya Terbang-nya Gigi ataupun The Fly, singalong-able!
Durasi yang sedikit lebih lama serta instrumen asing yang tidak familiar di lagu-lagu sebelumnya Skandal, membuat Terbang menjadi suatu single yang dieskplorasi secara asik. Ditambah melodi dan alunan yang kental dengan Alternatif 90’s membuat Terbang sangat layak kita dendangkan bersama-sama ketika lagu ini dibawakan secara live.
Sudah pernah mendengarkan single ini dibawakan secara Live di beberapa kesempatan, dan saya hanya bisa sing along dengan lirik ‘Terbang…’ saja, namun sekarang karena sudah bisa dinikmati di berbagai DSP, jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak singalong secara lirik lengkap!
Dari press release mereka, Terbang ini menjadi ‘teaser’ untuk album penuh mereka! Mari bersama-sama kita tunggu kedatangan debut Album Penuh Skandal!
- Zico Bonetti
The Jansen - hal yang wajar di umuran kita sekarang (Split Album Flowery Melancholia)
Seperti bukan The Jansen pada album sebelumnya yang meledak itu ‘Banal Semakin Binal’, disini lebih ke ‘indie rock - indie rock’an’. Tempo yang memelan dan ditambah vokal yang sangat dipikirkan nada-nya, membuat lagu ini layaknya pesan makanan enak terus menerus, repeat order.
- Zico Bonetti
A Curious Voynich - Fase Kedua (EP)
Berdasarkan sotau saya, bayangkan saja vokal Alexa jaman vokalis Aqi Singgih di’fussion’ dengan alunan musik Pas Band album Ketika, jadilah Fase Kedua ini. Sangat layak untuk kalian semua masukan playlist sehari-hari. Nuansa musik alternatif yang sangat kental dapat membuat hari-hari di perjalanan ketika mendengarkan EP ini tambah asyik!
- Zico Bonetti
Mantra Vutura - Kembali
Bersama dengan single terbarunya yang telah dirilis, masih berkutat dengan salah satu surah yang ada pada Al qur’an tepatnya pada Surah Al-Baqarah Ayat 285. “Kembali” dianggap sebagai muara setiap insan yang tlah lahir. Waktu dalam merefleksikan diri dengan mengingat sang pencipta kali ini dapat diiringi kembali oleh Mantra Vutura, tanpa perlu tersedu kamu tetap bisa menggoyangkan badanmu dan semakin merasa bahwa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa memiliki banyak cara. Salah satunya lewat lagu yang mereka bilang bermelodi pop yang lebih kental sekaligus antemik. Jadi bagaimana apakah ini akan menjadi antem terbarumu kala bertanya “Untuk apa aku ada?”
- Rieva Madyna
Drizzly - Fairyland (EP)
Seharusnya EP ini bisa menjadi oase di tengah peliknya percintaan yang emboh itu.
Sentuhan dream pop yang dibawakan oleh band asal Darjo ini juga bisa meredakan sendi-sendi yang pegal usah diguncang hari-hari yang kepalang payah.
Dengan merambaknya female-band belakangan ini, sepertinya Jawa Timur tidak akan pernah habis dengan hal semacam itu. Terus tumbuh dan harusnya tidak hanya berkecimpung di daerah saja, bahkan nasional sekalipun. Jadi kitak tidak bicara tentang trend saja, tetapi juga talenta yang terus tumbuh.
Mengenai visual di EP ini, kita disuguhkan tentang dunia Fairy Tile menyamakan nama tema album mereka. Unsur keriangan benar-benar digambarkan di situ; meski isi lagunya gak gitu-gitu amat.
- Sri Prabovvo (Guest Reviewer)