Loading...

Terpapar! Kabar - Jun - Jul 2022

Rilisan-rilisan tergres dalam 2 bulan terakhir-- karena Admin lagi sibuk, wwqwqwq.
Mambaulum (Terpapar! Musik)
Infinite Siennas - Petrichor
 
 
Gelap, gelap brooouw! Sampe gak bisa liat apa-apa saking gelapnya. Sebuah single terbaru Infinite Siennas yang tidak mencerminkan beberapa rilisan lagu sebelumnya yang sangat ceria, colourfull sekali. Masih tetap dengan gaya Alternatif-Shoegaze-Dreampop namun di single terbaru ini terasa lebih berat, depresi dan gelap.

 

Entah apakah ini efek dari featuring dengan Mirza Azka (The Bunbury) yang di plot sebagai vokalis dan Bable Sagala (Metallic Ass, Heroic Karaoke) yang mengisi pada drum, membuat keselurhan single terbaru berjudul Petrichor ini amat sangat depresi terdengarnya. Entah lah. Perlu ditelaah lebih lanjut.

 

Tapi memang tidak bisa dipungkiri, salah satu Band pengisi kompilasi Fresh Meat yang pastinya berasal dari Yogyakarta ini patut ditunggu kehadiran rilisan lagi terbarunya. Beberapa kali melihat sang Vokalis dan Basis mengisi featuring pada beberapa live-nya Skandal, lalu mengulik lagu mereka, sungguh menyenangkan.

 

Jujur, sangat kaget dengan Petrichor ini, gimana nggak. Seperti yang saya bilang tadi, beberapa lagu rilisan sebelumnya sangat berbanding terbalik, dan tentu ekspetasi saya terbentuk untuk mendengarkan warna-warna yang sama seperti lagu-lagu sebelumnya. Namun sangat benar-benar dipatahkan dengan kehadiran Petrichor ini, but in a good way. Petrichor ini juga sangat layak sekali kalian dengarkan! Namun siap-siapin mental ya, jangan pas lagi mood gak baik dengerin si Petrichor ini.
  • Zico Bonetti

 



 

 

Norch - 360
 

 

 

Band yang katanya sempat mati suri selama 2 tahun ini kembali meramaikan kancah per-emo-an Jawa Timur. Dibuktikan dengan dirilisnya single terbaru mereka 360, dan beberapa kali aksi Live manggungnya di tahun 2022 ini membuktikan kembali eksistensi mereka.

 

360 ini setelah saya dengarkan bolak-balik, nuansa Citizen dan Movement band emo kawakan kolonial ini sangat terasa. Namun mereka memainkan melodi layaknya Mid-west emo macam American Football dan Turnover. Tapi 75% bisa dibilang (menurut saya) unsur Citizen dan Movement lebih terasa dalam 360 ini.

 

Sekali, dua-kali, mendengarkan 360 ini dapat memaksa anda langsung memasukan playlist daily anda, saya jamin itu! Candu tapi bukan Awkarin ya. Dan saya bersaksi atas nama admin 7 Terpapar! Musik, bahwasanya Live mereka dengan lagu yang kalian dengarkan pada applikasi stream lagu favorit anda, kualitasnya tidak jauh berbeda. Dan itu membuat saya pribadi sangat menyukai 360 ini.

 

Kalo masalah lirik-lirik sedih, depresi dan kawan-kawannya pada band-band Emo, yasudahlah memang seperti itu kodratnya. Ditambah yang jadi Vokalis pada band Norch ini si Manaditara, ya you know lah di project single-nya sendiri dia sudah paten menjadi sadboy. Apalagi disuruh nulis lagu Emo, ya fasih lah dia pastinya.
  • Zico Bonetti

 



 

 

Sandy Armita - Shouldn’t Let You Go
 
 
 
Yo iki! Salah satu rapper asal Jawa Timur, Malang ini patut mendapatkan perhatian kalian semua! Dengan banyaknya warna pada kancah nusik hip-hop, dan biasanya (menurut saya pribadi) di Indonesia diselimuti dengan gaya-gaya gangsta, justru Sandy Armita hadir dengan menjadi rapper sadboy.

 

Dibuktikan dengan single terbaru-nya Shouldn’t Let You Go ini, yang menceritakan Sandy abis ditinggalin mbak-nya dan dia masih belum terima lah intinya dari lagu ini. Masih kurang meyakinkan sedihnya? Saran saya segera cek MV-nya biar mem-validasi kesedihan dalam lagu ini.
 

 

Konon katanya, Shouldn’t Let You Go ini masuk dalam rangkaian EP album yang sedang digarap oleh Sandy Armita dan Movos.corn. Dan setiap lagu yang akan ada dalam EP Albumnya akan menjadi satu benang merah cerita cinta tentang Sandy Armita pada semua lagunya (ini bocoran orang dalam, jadi Valid). FYI, satu lagu sebelumnya yang rilis pun ‘Make it Easy’ yang featuring dengan Sindy Amani, juga menjadi salah satu lagu dalam EP Album Sandy Armita yang akan lengkap ASAP.
  • Zico Bonetti

 

 

 

Lunarways - Sun/Daze
 
 
Setelah rilisan terakhir tahun kemarin, Lunarways unit indiepop asal Surabaya merilis Maxi-single dengan tajuk Sun/Daze yang berisikan 2 lagu, yaitu “Be the One” dan “Flowering Hearts”. Band yang berdiri sejak 2020 ini menjadikan rilisan tahun kemarin, Floweing Hearts, menjadi sebuah kompilasi bersama lagu barunya, Be the One, di mana kedua lagu tersebut disajikan secara visual yang bisa dilihat di kanal YouTube mereka.

 

Ketika mendengarkan kedua lagu ini, nuansa pop ala  Alvvays, No Vacation, dan Boy Pablo akan sangat kental terasa. Yang paling berbahaya adalah Be the One dan Flowering Hearts akan membuat kita merasakan kembali indahnya kasmaran seperti pada lirik Be the One, “U make me du di du di dei”. Perihal romansa memang yang paling menyenangkan adalah ketika awal jatuh cinta (hehe) dan kedua lagu dalam Maxi-single ini sukses membawa atmosfir itu kepada pendengarnya.

 

Tapi kalo saya boleh jujur, Lunarways salah satu band dari kota metropolitan Surabaya yang patut diperhitungkan. Musik yang disuguhkan cukup menyenangkan untuk dibawa ke atas panggung gigs, ditambah suara dari vokalis yang sangat gurih membuat kita seperti mendengarkan solois dari Canada, Floor Cry.
  • Dimas Gilang Narendra

 


 

 

Roadtrip to Antartica - Affectionate Affair

 

 

 

Ibukota memang tidak pernah kehabisan talenta dalam dunia musik, ya kita semua sudah tau di sana industri musik memang sudah sangat besar bahkan menjadi poros. Salah satunya adalah Roadtrip to Antartica, band dengan genre Alternative Rock ini baru saja merilis sebuah single dengan tajuk Affectionate Affair. Setahun setelah rilisan terakhir mereka pada tahun 2021, mereka membawakan nuansa baru dalam musik mereka  pada rilisan baru ini.

 

 

Kalo dibandingkan dengan rilisan-rilisan sebelumnya, Affectionate Affair ini terlihat lebih garang, unsur rock-nya sangat terasa. Seperti “Summertime” dengan dream pop-nya, “1978” dengan alunan funk disco, Affectionate Affair ini menyajikan musik rock dengan sentuhan blues. Alunan gitar yang bersautan antara distorsi dan kocokan ala blues, ditambah ketukan drum akan membuat kita setidaknya menggerakkan tubuh bagian atas ke kiri dan kanan atau paling tidak mengikuti irama dengan kaki.

 

 

Sekali lagi, perihal romansa tetap menjadi tema yang seru dalam sebuah musik, tapi dalam Affectionate Affair ini kita akan merasakan betapa putus asanya kita untuk mengejar cinta yang sudah kandas :). Roadtrip to Antartica selalu menyajikan lirik-lirik yang simple tapi tetap catchy yang bisa membuat kita ikut bernyanyi, terbukti pada lagu ter-anyar mereka. “And I know I fucked up, and I know I messed up, and no apology can make you say I love you”, salah satu penggalan lirik mereka, dengan aksen vokalnya mungkin membawa kita seperti mendengarkan Arctic Monkeys, Mac Demarco, dan Mind Hight Club.

 

 

Saya sendiri cukup terkejut mendengar Affectionate Affair, mengingat rilisan sebelumnya dari Roadtrip to Antartica merupakan lagu-lagu yang cukup joyable. Tapi sebaliknya, kita malah disuguhkan dengan musik yang cukup “berat”, tapi saya rasa lagu ini cukup joyable untuk pendengarnya yang relate dengan lagu itu sendiri.
  • Dimas Gilang Narendra

 

 

 

Livingroom - Stars

 

 
 
Pertengahan tahun 2022, duo hip hop/R&B Livingroom merilis single terbaru mereka berjudul Stars. Duo pendatang baru yang merupakan kakak beradik dengan panggilan Braunsugar dan 1NG ini baru merilis 2 single, yang pertama dengan judul Precious baru dirilis awal tahun kemarin.

 

 

ASYIK! adalah kata pertama saya ketika mendengar lagu mereka, mungkin karena saya bukan penikmat utama musik hip hop maupun R&B tapi saya bisa pastikan lagu Stars ini mungkin bakal masuk ke dalam daftar putar kalian ketika ingin nge-chill tapi dalam keadaan jatuh cinta.

 

 

Beat-beat hip hop yang terdengar membuat kita menganggukkan kepala, tapi yang paling menyenangkan adalah petikkan gitar yang membuat duo ini terasa berbeda dengan musisi lainnya dengan satu genre. Kita semua tau kalo lirik-lirik yang dilahirkan dari musik hip-hop selalu dekat dengan kondisi di sekitar kita, bahkan sangat dekat, sama halnya dengan Livingroom, mereka menyajikan lirik dari keresahan kehidupan percintaan dewasa ini. Tidak sedikit orang untuk mengenal yang lain harus melihat dari zodiak mereka apa, bahkan sampai harus dibacakan kartu tarot.

 

 

Saya rasa Livingroom patut diperhitungkan di kancah per-hip hop-an Indonesia, mengingat usia kakak beradik ini masih sangat muda (2002 &2006). Hal tersebut yang membuat jenjang bermusik mereka masih sangat panjang dan saya rasa masih akan dan sangat berkembang ke depannya. Sebagai bukan penggemar utama musik hip hop dan R&B, saya mungkin akan menantikan rilisan-rilisan mereka nanti, karena saya rasa saya butuh musik seperti musik mereka untuk men-chill-kan diri di tengah riuhnya dunia yang tidak pernah baik-baik saja ini.
  • Dimas Gilang Narendra

 

 

 

Rendy Pandugo, Pamungkas - Friends

 

 
Di awal aku disuguhkan dengan sebuah ruangan gereja dan diperlihatkan dengan Rendy yang sedang berdiri diatas mimbar sambil menyanyikan liriknya. Awalnya aku kira lagu ini untuk teman yang ditinggal menikah. Temponya yang jauh dari kata sendu membuat aku tertipu. Setelah aku simak, masuk Pamungkas dengan pakaian hitam. Aku salah sangka. Suasananya berubah sedikit sedih. Apalagi dengan balasan lirik yang dinyanyikan Pamungkas. Nampak Rendy dan Pamungkas terlihat seperti saling berbicara, mengungkapkan perannya sebagai teman seolah berjanji.

 

 

Melihat Rendy dari arah Pamungkas yang sedang menunggu pelukan, saat mereka saling menangkap pelukan itu dengan tegas dan hangat bikin aku cengar-cengir sambil mengku dagu merasakan haru.

 

 

Perhatianku nggak habis-habis saat aku ngelihat Rendy pakai kemeja putih dengan dibiarkan kancing dadanya terbuka, memangku gitar dan memainkannya. Dikelilingi teman-temannya yang menggunakan kemeja hitam. Mulai sedikit buat aku berfikir.

 

 

Saat suasana musik dan lampunya meredup. Ditambah dengan penyampaian lirik dengan suaranya yang maskulin membuat lagu ini terlihat semakin dalam. Kulihat sebuah foto Rendy yang ternyata terpajang diatas peti yang bikin aku bergumam "hhmm" sambil geleng-geleng.

 

 

Ketika tempo beatnya dinaikkan lagi tanpa kehadiran Rendy dan hanya terdengar suaranya yang mampu mengisi ketiga temannya, bikin aku semakin haru dan hanyut. Ngedengerin lagu inii itu kayak reminder buat aku. Ingin dikenang seperti apa kita nantinya saat kita sudah pergi, apalagi untuk selamanya.

 

 

Gila Gila Gila!!! Iniii Gilaaa!!. Karakter keduanya, lirik, dan perannya saat menyatukan menjadi cuplikan 3:34 ini. Bikin aku geleng-geleng sambil mercing-mercing. Gila buat mereka berdua! Thankyu deeh buat Rendy-Pamungkas and "Friends"
  • Abigail

 

 

 

 
 
TIRANT - Mortal
 
 
 
 
Secara musikal, saya jelas tak ada masalah dengan lagu ini. Nomor hard-rock cem ini lebih mudah masup kuping saya ketimbang Barasuara-ish mereka di album pertama, Oh iya, saya tak suka Barasuara. Bukan apa-apa, hanya soal selera. OK?
 
Kalau anda suka AC/DC, Scorpions, Van Halen, atau apapun yang disetel ayah anda di satu Minggu yang cerah, tentu “Mortal” gampang dicerna. Raungan gitar Ijul dan Satrio, dentum bass Parjo yang kawin dengan beat Diki, serta delivery vokal Tukri adalah jaminan meriahnya moshpit. Bukankah begitu?
 
Masalah saya hanya pada konten lirik– bukan kualitasnya. Lirik mereka cukup oke; tidak artsy, tapi okelah. Namun mengemis “untuk diingat, dikenang”, dan menjadi berarti di dunia ini” just doesn’t make any sense for me. Maksudnya, sejak kapan tugas manusia adalah hidup untuk dikenang? Toh kita tak lebih dari debu-debu yang jumawa– dan menunggu binasa. Haha. (@shuttleark pasti bakal setuju dengan saya).
 
Kalau Ijul (songwriter) memaknai hidupnya dengan dikenang dan dirayakan setelah mati, ya tidak apa-apa. Tapi kan pilihan tak hanya itu. Kalau saya, daripada berusaha keras mencarinya, bukankah lebih baik hidup tanpa beban? Kalaupun dikenang, biarlah itu jadi bonus dalam dunia yang kacau balau ini. Tak perlulah punya cita-cita besar seperti petinggi-petinggi dengan janji “mengubah ekosistem myuziek daerah saya” itu. Haha.
 
Well,  kembali lagi, ini soal personal. (Semua review kan personal, ya?). Kalau setuju silakan, tidakpun apa peduli saya? Haha.
 -KMPL-
 
 
Kara Chenoa - Shoe
 
 
 
Satu hal baik dari bergabungnya musisi tanah air dengan international record label adalah munculnya fresh taste dan perspektif musik baru dari talenta hebat di negeri ini. Kara Chenoa menjadi contoh ideal pada case ini.
 
Sejak bergabung dengan Asiatic Records, sisi non teknikal dari Kara Chenoa dieksplorasi habis-habisan. Nggak melulu lewat barisan lirik dope & sophiscated ala swag hiphop artist, lewat single Shoe ini Kara Chenoa mampu menjadi seniman yang lebih manusiawi.
 
Memang terlihat beberapa titik yang secara samar mengingatkan terhadap Anderson .Paak atau BROCKHAMPTON, tapi sisi groovy, funk, hip-hop, hingga beberapa kearifan lokal menjadikan Shoe sebagai materi yang layak dikonsumsi penikmat musik kasual (tak hanya penggila hip hop)
 
Sebuah anthem ciamik untuk membuka bulan Juli 2022 lalu.
  • Jeff Winanda
 

 

 

Review Pendek

 

 

Hamdani Harsoyo - Mongkar-Mangkir
 
 
“Mungkar Mangkir” melanjutkan formula Hamdani Harsoyo. Balada yang berangkat dari latar belakang mahasiswa. Tentang revisi, tentang dikejar waktu, dan tentang membayangkan masa depan post-college life.
 
Lagu ringan, syahdu, dan terasa begitu dekat di saat yang sama. Semoga albumnya juga.
-KMPL-

 



 

 

Gratia Elena - Stronger
 
 
 
 
Lagu yang sangat senja dan cukup menenangkan. Hanya dengan petikan gitar yang sederhana, melodynya sangat cocok dengan suasana lagunya, dengan sekejap mampu mengambil hati dan pikiranku dengan ending "tomorrow will bring me better.”
  • Abigail

 

 

Pee Wee Gaskins feat Hindia - Vaya Con Dios
 
 
 
Fan service di pertengahan tahun dihadirkan mas-mas skena 2010-an dan idola remaja masa ini. Nostalgia menjadi bumbu utama dari lagu ini. Tapi jelas, Vaya Con Dios dihadirkan PWG dengan powerful sebagai tanda bahwa mereka masih menyimpan semangat bermusik seperti dulu. Berbeda dengan "Ikut Aku Ke Bulan" yang dirilis 2019, Vaya Con Dios adalah lagu PWG yang memang PWG.
  • Jeff Winanda
 
Soundwave - Shadows
 
 
 
"Kenapa sih musisi EDM pada pindah haluan ke pop dance?" Jika pertanyaan ini muncul dalam benakmu, sepertinya Shadows dari Soundwave bisa jadi lagu yang menjawab pertanyaanmu. Alih-alih menghadirkan drop powerful, sisi funk dari lagu ini seolah memberikan color pallete baru dari buramnya template hi-hat ke drop dari musisi EDM kebanyakan
 
Lagu ini semakin colorful karena nggak menghadirkan Jevin dan Rinni saja. Randy Danistha dan Neonomora juga ikut andil dalam lagu ini.
  • Jeff Winanda
 
Romantic Echoes - Fly Me to the Sun
 
Lupakan sejenak lirik romantis, lugas, dan agak cheesy dari Fly Me to the Sun, itu memang spesialisasi J. Alfredo sebagai seorang songwriter. Elemen yang lebih penting dibanding lirik percintaannya adalah proses perkawinan antara setiap bait dengan aransemennya yang berjodoh.
 
Kombinasi musik yang beken beberapa waktu silam ala Mondo Gascaro menjadi bahan bakar utama di lagu ini. Mengingat temanya adalah soal dinamika romantika, Fly Me to the Sun bakal relate dengan banyak orang.
  • Jeff Winanda

 

Tentang Penulis
Mz-mz editor yang hobi menyunting naskah nak-anak children lebih cepat dari progres uripnya.
View all posts