Loading...

Terpapar! Kabar Jan - Mar 2024

Reviu musik ter-gres 3 bulan terakhir~
Mambaulum (Terpapar! Musik)
Busar - Beneath the Soil (EP)
 
 
 
Awal tahun 2024, mungkin bagi sebagian orang adalah titik awal kemarahan. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor; pemilu yang curang, aktivis yang dikriminalisasi, perampasan hak atas ruang hidup, mengkritik dipenjarakan, dan masih banyak faktor kemarahan-kemarahan lainnya.
 
Pada tanggal 24 Januari 2024, saya mendapatkan pesan dari kawan saya berupa dokumen press release Beneath The Soil, sebuah debut mini album dari Busar yang rilis pada 10 Desember 2023 lewat Bandcamp. Busar sendiri merupakan unit Hardcore Punk dari Kota Batu dan mini album ini merupakan angin segar bagi saya, sebab seluruh kegelisahan—mulai dari konflik horizontal, kekacauan, kekejaman yang diproduksi secara masif oleh sistem yang bernama “negara”  tergambarkan di album ini.
 
Sebelum merilis debut mini album ini, mereka lebih dulu merilis single “Self Autonomy” yang hanya bisa kalian nikmati di Bandcamp.
 
Jika “Self Autonomy” adalah respon Busar terhadap kekerasan secara sistemik yang terjadi, maka “Beneath The Soil” adalah puncak kemarahan terhadap kekerasan secara sistemik oleh negara yang disampaikan oleh Busar.
 
Marah adalah rasa emosional yang pasti dimiliki setiap orang. Saya, kamu dan kita semua pasti pernah marah, meskipun itu dipendam dan bergumam. Ada banyak medium untuk menyampaikan kemarahan; ada yang marah-marah melalui media sosial, marah melalui tulisan, ada juga yang menyampaikan kemarahan melalui musik. Itu semua sah-sah saja. Rasa marah tak akan hadir jika tak diganggu. Tapi lain halnya jika diganggu, marah adalah kewajaran. Rasa marah tak hanya dimiliki oleh manusia, alam dan semua makhluk hidup juga akan marah jika diganggu. Setidaknya itulah pesan dan respon Busar di “Beneath The Soil”.
 
Ya, secara lirikal mereka bisa menyampaikan kemarahan itu dengan gelap penuh dengan kekacauan. Suasana tersebut semakin  mencekam saat riff guitar dimainkan secara cepat, kemarahan vokal saat merapalkan lirik, serta petikan bass serupa hentakan boots kelas pekerja, hingga pedal yang terdengar seperti mesin paling modern dan instrumen kematian yang paling mematikan.
 
Pada track pertama, kita akan disambut dengan "Go!", track ini seakan-akan mengajak kita untuk menelusuri ruang gelap yang bernama “dunia”—dunia yang semakin tidak layak untuk dihuni dan penuh teror ini.
 
"Beneath The Soil" adalah track kedua dan ini menjadi titik di mana Busar mengungkapkan keresahan dan kemarahannya—sebab hidup di dunia adalah jeda untuk menjemput kematian. Kematian ini terasa semakin dekat saat melihat ruang-ruang hidup manusia direbut secara paksa oleh entitas besar yang bernama negara.
 
Kita bisa melihat bagaimana alur kekerasan itu bisa terjadi. Busar menyampaikan secara jelas pada track ketiga ‘How To Violence Evolve’. Kekerasan yang awalnya tampak secara fisik, hingga kita bisa melihat kekerasan itu juga terjadi melalui regulasi. Regulasi yang jelas-jelas berpihak pada oligarki dan tentunya rakyat, lah, yang jadi korban.
 
Dan yang terakhir adalah "Hyperreality". Pada track terakhir ini Busar menyampaikan bagaimana ketidaksiapan manusia menghadapi realitas yang semakin modern. Kaget dan kelabakan. Ini semua disebabkan oleh matinya imajinasi manusia. Sekali berimajinasi, menipu diri sendiri. Ya, semacam imajinasi semu.
 
Setidaknya itulah bentuk kemarahan yang disampaikan oleh Busar, yang diisi oleh Danu (vokal), Kaped (drum), Iyan (guitar), dan Samid (bass) pada debut mini album “Beneath The Soil”. Kini EP mereka bisa didengarkan di berbagai macam DSP kesayangan kalian. Terhitung sejak tanggal 5 Januari 2024.
 
Beneath The Soil dikerjakan kurang lebih 3 bulan di Karasu Record, studio rekaman asal Kota Batu. Mulai dari recording, mixing, hingga mastering digarap langsung oleh Azam yang merupakan awak Karasu Record.
- Ricky Alfandi

 
Temarram - Selubung Abadi (EP)
 
 
 
Temarram, unit musik post-punk/darkwave independen asal Jakarta melepas entitas pendek kedua mereka yang bertajuk Selubung Abadi. Mereka mengklaim bahwa album mini ini merupakan sebuah rangkuman duka dari kehidupan ketika kita telah terkubur dan tiada. EP ini berisi empat lagu, yaitu "Selubung Abadi", "Penggal", “Samar Memudar", dan "Fragmen". “Fragmen” sendiri dibawakan bersama Rally Jachmoon, vokalis Pullo.
 
Menurutku, aku jadi agak ingat sedikit dengan Pelteras ketika mendengarkan Temarram. Hanya saja, Temarram lebih ‘terang’. Lirik-liriknya juga menarik, kadang-kadang rasanya seperti bersahutan dengan musiknya. EP Selubung Abadi dibuat oleh Temarram untuk memperlihatkan buncahan duka yang menyelimuti manusia ketika kehidupan telah berakhir.
 
Favoritku ada di “Penggal”.
Katanya, “Esok/Lusa ‘kan tiada//”.
 
- Puti Cinintya Arie Safitri



 
The Bunbury - Do I Need to Explain About Jakarta Prayer (Maxi-Single)
 
 
 
 
Menyusul perilisan EP Alius Malicious di penghujung tahun 2021 lalu, The Bunbury akhirnya berhasil merilis maxi-single mereka yang bertajuk "Do I Need to Explain About Jakarta Prayer". Berisi dua lagu berjudul “Do I Need to Explain?” dan “About Jakarta Prayer”, Mirza (vokal), Fikra (gitar), Dimas (gitar), Guyub (bass), dan Eja (drum), band beranggotakan lima anak muda asal Yogyakarta ini bercerita tentang keluhan umum mahasiswa perantauan.
 
“Do I Need to Explain?" menggambarkan proses penuh gejolak dari sudut pandang orang-orang terdekat yang ditinggalkan saat yang terkasih memulai perjalanan baru dengan suka dan dukanya. Sedangkan, “About Jakarta Prayer” melanjutkan cerita sebelumnya; wujud kasih sayang dan dukungan keluarga yang ditinggalkan kepada orang-orang tercinta, yang disertai harapan akan kebahagiaan, keselamatan, dan kesuksesan dalam setiap langkahnya. Sepaket dua lagu ini rasanya sangat 'cerah', padahal secara cerita mereka mengungkapkan kesedihan ditinggal orang yang tersayang. Ya mungkin memang begitulah adanya, kehidupan. Ada yang datang, ada yang pergi.
- Puti Cinintya Arie Safitri
 
 
Cutiotak - I Love You 2000
 
 
 
 
Pertama kali menerima demo dari salah satu personelnya langsung yaitu Macan, tadinya aku sempat salah baca. Kukira nama band-nya Cuciotak. Ternyata Cutiotak, guys. Lucu juga. Maxi-single yang mereka rilis juga punya level lucu yang sama, tajuknya I Love You 2000. Dua trek goofy ahh yang proporsional "I Love You 2000" dan "Jejak Jejaka" ini sudah bisa kamu dengarkan di kanal musik alir.
 
Cutiotak terbentuk dari jamming session lima kawan lama dengan genre seberang menyeberang. Mereka adalah Macan (vokal), Rori (gitar, vokal), Alex (gitar, vokal), Erick (bass, vokal), dan Irfan (drummer). Dengan balutan selera komedi yang selaras, mereka bergabung membentuk unit musik ini.
 
Lagunya benar-benar gak serius. Lirik “Mau dua ribu//mau dua ribu//” dari “I Love You 2000” kayaknya menyindir tukang parkir yang suka tiba-tiba datang minta dua ribu rupiah. Sedangkan “Jejak Jejaka” menyoroti sosok jejaka yang perlu berjibaku kerja dan hidup di Jakarta. Formulasi yang ringan namun tetap seru ini membuatku penasaran, nanti albumnya akan seperti apa ya? Patut dinantikan.
- Puti Cinintya Arie Safitri


 
Allone - On One's Pat / Someone Who Left Behind
 
 
 
Surabaya selalu menarik, terutama buatku yang jauh dari kota tersebut. Aku, walaupun tidak secara konsisten, memang dengan sengaja mengulik band-band Surabaya. Hal ini dikarenakan aku mengingat ada obrolan dengan seseorang di waktu lampau, "Surabaya tidak gemerlap kancah musiknya, jauh kalau mau dibandingkan dengan Jabodetabek". Tapi ternyata kalimat ini bisa dipatahkan. Beberapa lama aku berkecimpung di pencarianku, ternyata Surabaya gak ketinggalan nomor-nomor yang mumpuni kok. Salah satunya Reverie. Mereka mengusung musik pop punk yang menurutku unik. Tapi kali ini aku tidak akan membahas Reverie.
 
Allone adalah proyek solo, atau mungkin alter ego dari Alwan Hilal, personil Reverie. Ia menjadikan genre cadas matematika (math-rock) dan progresif pop sebagai taman bermainnya. Allone mengklaim jika kamu suka dengan Hyakkei, Hikes, Jyocho, dan Murphy Radio, kemungkinan kamu juga akan suka dengan proyek solo ini. Allone juga menyisipkan sedikit bumbu post-rock di rilisannya kali ini.
 
Maxi-single On One's Pat / Someone Who Left Behind ini durasinya pendek sekali. 3 menit 33 detik. Dan influencenya memang jelas sekali math-rock ala Jepang. Terutama di lini “On One’s Pat”, di intronya. Cukup menyenangkan untuk diputar berulang-ulang. Sedangkan “Someone Who Left Behind” terasa lebih pelan temponya jika dibandingkan dengan pasangannya. Keduanya seperti saling mengimbangi. Aku suka.
- Puti Cinintya Arie Safitri


 
Decky Anugrah – Kala (Album)
 
 
 
 
Kejutan besar di akhir 2023: Decky Anugrah, keyboardist di balik repertoire Fahem hingga HAL merilis sebuah album solo. Judulnya Kala.
 
Kala ini full instrumental. Musik nyel, tanpa lirik. Meski begitu, melankolia Kala dikemas dalam harmoni dan aransemen yang aksesibel. Gak bikin kaget, bergidik, opo maneh mandeg band-band’an. Beberapa malah terdengar spontan-- semacam percakapan yang dinotasikan. Saya menemukan ini dalam trek “Bahagia?” Tarian stacatto, harmoni-nya yang sesekali nakal, serta hitungan ¾ (waltz) yang playful mungkin adalah manifestasi Decky atas pertanyaan “Are we happy?”
 
Saya sendiri menikmati album ini. Sekali waktu saya dengar serius, selebihnya, menjadi background music, entah untuk bekerja atau gegoleran. Jika kamu suka repertoire piano Yiruma atau Yanni, kamu akan segera cocok dengan Kala.
 
Di sisi lain, saya malah menantikan karya-karya Decky yang lebih kompleks secara teknikal. Latar belakangnya unik: Dibesarkan musik klasik, lalu kuliah musik, dan terpapar banyak genre lain seperti jazz, sekaligus menjadi session player pop. Akan sangat menarik jika Decky berani merealisasikannya. Toh, urusan musik untuk dinikmati, ia sudah khatam dengan album ini. Nah, mungkin saatnya dia buat bikin musik untuk didengarkan serius dan, kalau perlu, dibikin bahan studi.
 
Kan, dia punya semua modalnya.
-KMPL-
 
 
Skandal – Mimpi
 
 
 
 
Single pengantar full album pertama-nya Skandal, "Mimpi" menurutku menjadi pembuka yang ciamik! Kenapa tidak?! Lagu-nya sangat memberikan gairah untuk sing along, catchy dan mudah dihapal liriknya. Ya, karena lirik videonya pun sudah tersedia di platform macam youtube, bisa kalian cek! Menyenangkan sekali single ini, membuat-ku jadi menunggu-nunggu full album mereka, dan menurut kabar beredar full album mereka akan tersedia di pertengahan tahun 2024 melalui label rekaman asal Bandung, Disaster Records.
 
Secara garis besar, mimpi menjadi single yang sangat fun dan membuat kita berangan-angan dan memikirkan sesuatu yang sangat bahagia dan sekaligus sebagai pemicu semangat ber-aktivitas memulai hari dengan lagu ini. Terasa seperti banyak pengaruh band-band Pop Rock lokal, ataupun luar negeri, namun se-pendengaran aku sih, vibes-vibes melompat lebih tinggi-nya Sheila On 7 hadir di single ini, ya soalnya kata kuncinya : fun, semangat, sing along-able, upbeat dan penuh hook. Dan aku yakin sih, 3 kali dengerin Mimpi, niscaya kalian akan langsung hafal!
 
Jadi tidak sabar menunggu live Skandal membawakan single terbarunya ini, meskipun sudah curi-curi dibawakan pada saat live dan ketika lagu ini belum dilepas ke peredaran. Mimpi sudah bisa kalian nikmati di-berbagai platform streaming myuziek, dan juga video lirik mereka sudah bisa dinikmati di Youtube.
- Zico Bonetti Aldanny
 
 
Celia Noreen - Prologue (Album)
 
 
 
Di tengah ramainya geliat musik di Surabaya-Malang beberapa waktu terakhir, muncul seorang pendatang baru yang begitu menyita perhatian. Dia adalah Celia Noreen, solois 16 tahun yang baru saja merilis album beraliran gypsy jazz dan bossanova berjudul Prologue.
 
Sekilas, album ini sangat jauh lebih dewasa dibanding usia dari Celia Noreen sendiri. Ada 7 track di album 'Prologue' dan semuanya menyajikan materi yang matang, dewasa, namun tetap centil khas remaja perempuan seusia Celia. Berdasarkan rilisan pers yang saya terima, semua lagu karangan Celia di album ini ditulisnya saat masa pageblug beberapa tahun lalu.
 
Album ini dibuka dengan track "Ke Soerabaja", sebuah lagu bertema kuliner kota pahlawan yang begitu sederhana namun diiringi aransemen khas bossanova klasik. Selain track pembuka itu, ada juga lagu 'Pak Pos' yang begitu "gypsy" sekali.
 
Selain kedua lagu tersebut, ada pula materi berjudul "Without You" dan 'Romance' yang centil dan berisi kupu-kupu di udel khas remaja seumuran Celia Noreen. 
 
Dari segi penulisan lirik dan pembawaan di atas panggung, Celia kental sekali dengan nuansa David Bowie, Thom Yorke, dan sesekali menampilkan sisi Amy Winehouse yang slay~~
 
Saya berkesempatan untuk hadir di showcase album ini beberapa waktu lalu dan apa yang tersaji di atas stage adalah seorang seniman yang sedang curhat lewat lagu-lagu karangannya sendiri.
 
Jika semuanya berjalan lancar, saya tidak ragu mengatakan jika Celia Noreen adalah truly-the-next-big-thing di industri musik nasional.
- Jeff Winanda
 
 
 
 
Matter Halo - Yang Kita Punya
 
 
Dikejutkan dengan ketukan drumnya, dan teriakan dari alat musik tiup entah sejenis trompet atau trombone, lewat liriknya yang cukup meaningful, ia menyampaikan pesan positif dan semangat lewat lagunya yang berjudul 'Yang Kita Punya' dengan begitu energik.
- Abigail
 
Dreane - The only word i know
 
 
 
Duo asal Jakarta ini mampu memikatku dengan gaya jatuh cintanya. Lagu yang telah rilis 3 bulan yang lalu ini, didominasi oleh nuansa twee pop. Aku suka dengan middle-low nya yang terdengar santai. Ia sedikit menambahkan sedikit unsur jazz di yang menjadi kesan lebih ceria.
 
MV-nya juga unik dan kreatif. Berbeda dari MV-nya sebelumnya, di lagu ini mereka membuat karya animasi 2 dimensi dengan didominasi warna merah muda dan merah jambu. Menggambarkan tentang seorang gadis pecinta musik yang lagi jatuh cinta dan bucin-bucinnya. Seperti sedang mengungkapkan perasaan kasmarannya.
 
Sepertinya Dreane mampu iringi langkah jatuh cintamu nih.
- Abigail
 
 
Afham - Pertama untuk Terakhir
 
 
 
Pop Rock Klasik Indonesia, itu adalah kesan pertamaku saat mendengar lagu ini. Kalo lagi duduk di cafe, sambil ngedengerin live musik, jiwa ke-oldiest-anku langsung keluar dan tanya tuh judul lagunya.
 
Namun ada yang kusayangkan, pemilihan nada dan melodi jika tidak dikombinasikan dengan tepat bisa akan berdampak kepada lagunya. Akibatnya menjadi kurang nyaman didengar.
- Abigail
 
 
Stanley Hao - Deja Vu
 
 
 
Nggak disangka content creator asal Surabaya ini jago ngerap. Mungkin karena style nya yang comedy, buat aku yang ngedengerin jadi gak kerasa sedih. Aku cukup suka dengan gaya rap nya yang casual dan lincah tanpa komat kamit yang belibet.
- Abigail

 
Adikara - Katakan Saja
 
 
 
Gebetan kamu masih ragu?
 
Gerak geriknya nunjukkin suka, tapi kok ngga ada actionnya?! Menurut aku sih lagu ini cocok banget buat kode. Suara manis dari Adikara siap jadi track buat bantuin kodemu.
 
Setelah empat bulan yang lalu merilis Nirwana kali ini Adikara kembali dengan Katakan Saja, nuansa pop dengan sentuhan soul memang manjadi ciri khas yang tidak boleh hilang dari pria kelahiran tahun 2000 ini. Selamat mendengarkan single terbaru Adikara, pasti salah satu dari kamu ada yang relate bangetkan? Semoga nggak jadi korban ghosting ya 🤭
- Rieva Madyna
 
 
Axel Gulla - Rose Apple Tree (Single)
 
 
 
Saya pertama kali menemukan Axel Gulla adalah tahun 2018 lewat single Run Baby Run. Enam tahun berselang, saya masih merasakan excitement yang sama ketika mendengarkan Rose Apple Tree. 
 
Sebuah aransemen alternatif sederhana yang begitu menyatu dengan liriknya. Musisi asal Manado ini masih menampilkan color palette berwarna cerah pastel yang cocok untuk didengarkan secara kasual.
 
Kesan pertama yang muncul ketika mendengarkan Rose Apple Tree adalah gabungan antara Two-Door Cinema Club dan Kings of Convenience. Dengan semua diskografi yang dimiliki, Axel Gulla layak mendapatkan monthly listeners yang jauh lebih banyak dibanding angka yang ada di Spotify page miliknya.
- Jeff Winanda
 
 
Morad - Heartless Man (Single)
 
 
 
Ketika 2 tahun lalu saya berbincang dengan Morad lewat sesi Terpapar! Wicara, ada sisi sentimental, reckless, dan hopeless yang ingin dibawakan Morad pada karyanya yang akan datang. Nah “Heartless Man” sepertinya adalah perwujudan dari ucapan Morad tersebut.
 
Heartless Man adalah tembang singkat, kurang dari 2 menit dan cukup sederhana dengan bermodalkan gitar akustik saja. Tapi liriknya begitu lugas dan relevan dengan situasi garangan-garangan di era post-truth ini.
 
Morad meninggalkan raungan khas Amy Winehouse seperti di album About a Woman. Semuanya dilagukan secara sederhana dan mengambang. Tapi di situlah sisi emosional dan kerapuhan Morad terekspos. Jika bisa membayangkan situasinya, scene yang cocok untuk lagu ini adalah di bath-tub, merokok, dengan urat nadi pergelangan tangan yang sudah tersayat.
- Jeff Winanda

 

Notes: Semua Ulasan Terpapar! Kabar adalah hasil kurasi redaksi.

Tentang Penulis
Mz-mz editor yang hobi menyunting naskah nak-anak children lebih cepat dari progres uripnya.
View all posts